Keterikatan emosional
Keterikatan emosional mengacu pada ikatan emosional mendalam yang kita bentuk untuk memberikan rasa aman dan nyaman (Cooke et al., 2019). Hal ini memengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan kita sepanjang hidup (Consedine & Magai, 2003).
Keterikatan yang aman umumnya dikaitkan dengan kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih tinggi, sedangkan keterikatan yang tidak aman dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih buruk dan berbagai tantangan kesehatan mental (Mikulincer & Shaver, 2012).
Meskipun dianggap sangat kontroversial dan mengganggu saat ini, eksperimen Harlow meletakkan dasar untuk memahami kebutuhan emosional dan fisik yang mendasari keterikatan, menekankan bahwa keterikatan bukan hanya tentang bertahan hidup tetapi juga kesejahteraan emosional. Jadi, mari kita lihat apa yang dilakukan Bowlby dengan temuan awal ini.
Teori Keterikatan Bowlby
Bowlby (1979) mengembangkan gagasan ini untuk mengembangkan teorinya tentang keterikatan, dengan menyatakan bahwa anak-anak dilahirkan dengan dorongan bawaan untuk menjalin ikatan dengan pengasuh untuk memastikan kelangsungan hidup. Ia menyatakan bahwa perilaku keterikatan anak-anak --- menangis, menempel, dan mengikuti --- merupakan cara untuk menjaga kedekatan dengan pengasuh.
Ia juga mengidentifikasi pentingnya hubungan di masa awal dan bagaimana gangguan dalam ikatan ini dapat menyebabkan masalah keterikatan di kemudian hari, seperti kecemasan atau ketidakamanan emosional. Temuan ini telah didukung dan masih terus dikembangkan (Connors, 2011)Situasi Aneh (Teori Keterikatan Ainsworth)
Situasi Aneh (Teori Keterikatan Ainsworth)
Mary Ainsworth (1969), seorang kolega Bowlby, mengembangkan lebih lanjut teori keterikatan melalui eksperimennya "Situasi Aneh". Dalam eksperimen ini, bayi diamati dalam serangkaian interaksi yang melibatkan pengasuh mereka, orang asing, dan periode perpisahan singkat.
Berdasarkan respons bayi terhadap situasi ini, tiga gaya keterikatan utama diidentifikasi:
1.Keterikatan aman