Mohon tunggu...
widyawatiyuli10@gmail.com
widyawatiyuli10@gmail.com Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

baca buku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Attachment yang Dikemukakan Oleh Mary Ainsworth Dan John Bowlby

22 Januari 2025   10:06 Diperbarui: 22 Januari 2025   11:31 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apa itu Teori Keterikatan? Definisi & Latar Belakang

Teori keterikatan menjelaskan bagaimana ikatan emosional terbentuk antara individu, terutama antara seorang anak dan pengasuh utamanya .

Berasal dari karya psikolog Inggris John Bowlby (1969), hal ini didasarkan pada premis bahwa kualitas hubungan awal kita dengan pengasuh memiliki dampak signifikan pada perkembangan kita sebagai manusia.

Keterikatan yang aman umumnya dikaitkan dengan kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih tinggi, sedangkan keterikatan yang tidak aman dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih buruk dan berbagai tantangan kesehatan mental .

Percobaan Harlow Eksperimen terkenal psikolog Harry Harlow dengan monyet rhesus pada tahun 1950-an memberikan wawasan awal tentang pentingnya keterikatan emosional (Harlow & Zimmermann, 1959; Suomi, 2001).

Dalam percobaan ini, bayi monyet diberi pilihan antara dua ibu pengganti --- satu terbuat dari kawat dan menawarkan makanan, dan yang lain terbuat dari kain lembut yang menawarkan kenyamanan tetapi tidak memberikan makanan.

Monyet-monyet tersebut secara konsisten memilih induk yang terbuat dari kain yang menenangkan daripada induk yang terbuat dari kawat, yang menyoroti bahwa kenyamanan dan kedekatan emosional lebih penting untuk mengembangkan keterikatan daripada pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar seperti rasa lapar (Rosmalen et al., 2022). Anda dapat mempelajari lebih lanjut dalam artikel kami Eksperimen Monyet Harlow: 3 Temuan Tentang Keterikatan .

Teori Keterikatan, Tahapan Bowlby & Gaya Keterikatan

Ikatan awal antara pengasuh dan anak membentuk perkembangan emosional dan hubungan masa depan.

Berasal dari karya psikolog Inggris John Bowlby (1969), hal ini didasarkan pada premis bahwa kualitas hubungan awal kita dengan pengasuh memiliki dampak signifikan pada perkembangan kita sebagai manusia.

Inti dari teori keterikatan adalah gagasan bahwa anak-anak akan menghubungi pengasuh selama masa-masa sulit atau ketidakpastian (Bowlby, 1979; Harlow, 2019). Hubungan emosional yang dibangun selama interaksi ini membentuk dasar keterikatan yang aman atau tidak aman. Saat seorang anak tumbuh, ikatan ini memengaruhi cara mereka menjalani hubungan di masa depan dan mengatasi stres.

Keterikatan emosional

Keterikatan emosional mengacu pada ikatan emosional mendalam yang kita bentuk untuk memberikan rasa aman dan nyaman (Cooke et al., 2019). Hal ini memengaruhi kualitas hidup dan kesejahteraan kita sepanjang hidup (Consedine & Magai, 2003).

Keterikatan yang aman umumnya dikaitkan dengan kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih tinggi, sedangkan keterikatan yang tidak aman dikaitkan dengan kualitas hidup yang lebih buruk dan berbagai tantangan kesehatan mental (Mikulincer & Shaver, 2012).

Meskipun dianggap sangat kontroversial dan mengganggu saat ini, eksperimen Harlow meletakkan dasar untuk memahami kebutuhan emosional dan fisik yang mendasari keterikatan, menekankan bahwa keterikatan bukan hanya tentang bertahan hidup tetapi juga kesejahteraan emosional. Jadi, mari kita lihat apa yang dilakukan Bowlby dengan temuan awal ini.

Teori Keterikatan Bowlby

Bowlby (1979) mengembangkan gagasan ini untuk mengembangkan teorinya tentang keterikatan, dengan menyatakan bahwa anak-anak dilahirkan dengan dorongan bawaan untuk menjalin ikatan dengan pengasuh untuk memastikan kelangsungan hidup. Ia menyatakan bahwa perilaku keterikatan anak-anak --- menangis, menempel, dan mengikuti --- merupakan cara untuk menjaga kedekatan dengan pengasuh.

Ia juga mengidentifikasi pentingnya hubungan di masa awal dan bagaimana gangguan dalam ikatan ini dapat menyebabkan masalah keterikatan di kemudian hari, seperti kecemasan atau ketidakamanan emosional. Temuan ini telah didukung dan masih terus dikembangkan (Connors, 2011)Situasi Aneh (Teori Keterikatan Ainsworth)

Situasi Aneh (Teori Keterikatan Ainsworth)

Mary Ainsworth (1969), seorang kolega Bowlby, mengembangkan lebih lanjut teori keterikatan melalui eksperimennya "Situasi Aneh". Dalam eksperimen ini, bayi diamati dalam serangkaian interaksi yang melibatkan pengasuh mereka, orang asing, dan periode perpisahan singkat.

Berdasarkan respons bayi terhadap situasi ini, tiga gaya keterikatan utama diidentifikasi:

1.Keterikatan aman

Anak merasa nyaman menjelajah saat pengasuhnya hadir dan menunjukkan rasa tertekan saat pengasuhnya pergi. Anak dengan keterikatan aman mudah merasa tenang saat pengasuhnya kembali.

2.Keterikatan tidak aman--menghindar

Anak bersikap acuh tak acuh terhadap kehadiran.

Berdasarkan respons bayi terhadap situasi ini, tiga gaya keterikatan utama diidentifikasi:

1.Keterikatan aman

Anak merasa nyaman menjelajah saat pengasuhnya hadir dan menunjukkan rasa tertekan saat pengasuhnya pergi. Anak dengan keterikatan aman mudah merasa tenang saat pengasuhnya kembali.

2.Keterikatan tidak aman--menghindar

Anak bersikap acuh tak acuh terhadap kehadiran pengasuh dan menghindarinya saat kembali, yang menunjukkan adanya keputusan emosional.

3.Keterikatan tidak aman--ambivalen/resisten

Anak merasa cemas sebelum berpisah dan menunjukkan ambivalensi atau resistensi terhadap pengasuhnya saat mereka kembali.

Kemudian, gaya keempat, yaitu keterikatan yang tidak teratur , ditambahkan oleh peneliti lain (Bartholomew & Horowitz, 1991). Anak-anak ini menunjukkan campuran perilaku yang menunjukkan kebingungan atau ketakutan terhadap pengasuh mereka.

4 Tahapan Keterikatan

1.Pra-keterikatan (lahir hingga 6 minggu): Bayi tidak menunjukkan keterikatan khusus kepada pengasuh tertentu tetapi terlibat dalam perilaku seperti menangis atau tersenyum untuk mendorong respons pengasuhan.

2.Pembentukan keterikatan (usia 6 minggu hingga 6--8 bulan): Bayi mulai menunjukkan preferensi terhadap pengasuh utamanya tetapi tidak protes saat dipisahkan darinya.

3.Keterikatan yang jelas (usia 6--8 bulan hingga 18--24 bulan): Bayi menjadi lebih terikat dengan pengasuh utamanya dan mungkin menunjukkan rasa cemas akan perpisahan saat pengasuhnya meninggalkannya.

4.Pembentukan hubungan timbal balik (usia 18--24 bulan dan seterusnya): Anak-anak tumbuh dan menjadi lebih mandiri serta memahami bahwa pengasuh akan kembali. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi keterikatan

1.Faktor pengasuh seperti usia, tingkat pendidikan, keamanan finansial, keamanan psikososial, dan kesehatan selama dan pengalaman kehamilan dan persalinan, serta perawatan pasca persalinan seperti perawatan di kamar, kontak kulit ke kulit, inisiasi menyusui dini, dll.

2.Faktor bayi seperti masalah kesehatan, kelahiran prematur, jenis kelamin, dan suasana hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun