Tiba-tiba angin dingin berhembus kencang menerpa wajahnya, sontak tangan kanan menutup wajahnya. Setelah merasa keadaan sudah mulai tenang, perlahan dia membuka kedua matanya.
Samar-samar dari kejauhan terdengar suara lembut yang memanggil namanya.
“Braaammm…”
Jantungnya tersentak, seolah terhenti. Mata sipitnya berusaha menyisir kegelapan malam untuk menemukan asal suara, namun dia tidak menemukan siapapun. Hanya kegelapan yang makin mencekam menciutkan nyali.
“Lee... Donald... Zilong... dimana kalian?” teriaknya memecah kesunyian malam.
Tak ada jawaban.
Bram mengusap tengkuknya yang merasakan ada sesuatu yang janggal sedang berlangsung. Dengan cepat dia kembali berjalan menyusuri jalanan yang sudah mulai datar. Sejam sudah dia berjalan, hingga kedua kakinya lemas. Dia pun memutuskan untuk beristirahat di sebuah pohon besar yang sudah tidak jauh darinya. Tetapi langkahnya terhenti, ketika dia melihat seorang wanita bersimpuh di tengah jalan dengan wajah menunduk.
"Siapa dia? Mengapa selarut ini masih ada di jalan? Apa mungkin dia juga tersesat sama sepertiku?" pikirnya.
Dia berusaha untuk melihat wajah yang ada di depannya, namun cahaya senter tak mampu menembus pekatnya malam, yang nampak hanya seorang wanita berambut panjang terurai dan menutupi sebagian wajah. Gaun wanita itu tampak lusuh dan beberapa bagian robek.
“Tolong aku,” desis wanita itu membuyarkan lamunan Bram.
Dengan tergagap Bram berusaha memberanikan diri untuk bertanya, “Si-siapa kamu?” suaranya gemetar.