Cirebon dan Kuningan merupakan kota-kota yang berada di Jawa Barat. Cirebon sangat terkenal dengan terasi dan dijuluki Kota Udang. Kuningan terkenal dengan jajanan khas Jawa Barat. Ngomong-ngomong soal Cirebon dan Kuningan, kampus ATVI (Akademi Televisi Indonesia) baru saja selesai melakukan kunjungan ke Cirebon dan Kuningan dalam rangka ujian akhir semester mata kuliah fotografi.
Memang sudah tradisi ATVI melakukan UAS fotografi di luar kota untuk mahasiswa semester dua. Dan untuk mahasiswa semester dua tahun ajaran 2017/2018 memilih Cirebon dan Kuningan sebagai tempat untuk dijadikan lokasi UAS fotografi.
Keberangkatan dari Jakarta menuju Cirebon pada tanggal 3 Mei 2018 dengan menggunakan kereta Argo Muria Eksekutif dari Stasiun Gambir. Mahasiswa yang mengikuti hunting ini berjumlah sekitar kurang lebih 200 orang. Mahasiswa diharuskan sudah berkumpul di stasiun pada pukul 05.00 guna menghindari keterlambatan keberangkatan, karena kereta mulai berangkat pukul 07.00.
Setelah semua berkumpul mahasiswa diberi arahan dari pihak kampus dan dari pihak travel yang bertanggung jawab atas perjalanan. Travel yang yang dipercayai dalam kegiatan ini adalah Kedai Travel. Setelah arahan diberikan, mahasiswa dibagikan tiket dan digiring dengan tertib memasuki kereta sesuai gerbong yang tercantum pada tiket. Semuanya sudah rapih dan duduk pada tempatnya masing-masing.
waktu yang ditempuh untuk sampai tujuan adalah 3 jam perjalanan dan itu merupakan waktu yang singkat. Selama 3 jam diisi dengan berbagai macam kegiatan, untuk gerbong 8 yang berisi mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik, 3 jam mereka gunakan untuk hal-hal yang membuat waktu terasa sangat sebentar, kegiatan yang dilakukan di dalam gerbong 8 antara lain sebagai berikut : saling bercanda ria satu sama lain, ada yang asyik dengan smartphone masing-masing, ada yang memotret pemandangan dari balik jendela, bahkan ada yang tertidur pulas, mungkin saking nyamannya dengan fasilitas yang mungkin baru pertama kali dirasakan untuk kereta kelas eksekutif.
Sekitar pukul 10.00 ajhirnya sampai di Stasiun Cirebon dan bergegas membawa barang bawaan menuju bus yang sudah menunggu yang akan membawa kita ke tempat tujuan selanjutnya. Pada saat kita keluar dari stasiun, kita disambut dengan panas yang sangat terik, padahal pada saat itu masih jam 10 pagi, namun rasa panasnya seperti matahari tengah hari bolong. Semua mahasiswa dibagi mejadi 4 bus, di dalam bus mahasiswa diberi arahan tentang tempat selanjutnya yang akan dikujungi yaitu ke Taman Budaya Hati Tersuci.
Taman Budaya Hati Tersuci merupakan sebuah tempat ibadah bagi umat Kristiani. Bangunan di sini unik, karena perpaduan antara bangunan gereja dipadupadankan oleh bangunan keraton khas Cirebon dan juga terdapat patung-patung suci bagi pemeluk kepercayaan Kristiani. Warga di sini menyambut ATVI dengan makanan khas Cirebon yaitu nasi Jamblang. Nasi Jamblang sendiri merupakan nasi yang dibungkus dengan daun jati yang dilengkapi dengan berbagai lauk pauk seperti : tempe goreng, kentang bumbu, telur goreng, ikan asin, rendang sapi, dan sambal manis, yang tentunya rasanya enak.
Setelah kenyang, mahasiswa dilepas untuk berkeliling dan tentu saja sambil mencari foto dengan angle-angle terbaik demi nilai yang baik juga tentunya. Setelah sekitar 1 jam yang diberikan, lalu semua kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan menuju Keraton Kesepuhan.
Keraton Kesepuhan merupakan keraton tertua yang ada di Cirebon. Bangunannya ada beberapa yang sudah direnovasi dan ada juga yang masih di jaga keasliannya. Para penjaga menjelaskan banyak sekali tentang sejarah Keraton Kesepuhan, para penjaga menceritakan bahwa dahulu keraton ini merupakan sebuah tempat istirahat bagi raja-raja dan sultan-sultan Cirebon.
Banyak sekali objek foto yang bisa diambil di Keraton Kesepuhan ini, seperti : arsitektur bangunan kuno, benda-benda peninggalan, sampai foto human interest yang berada di luar keraton ini. Setelah selesai dari Keraton Kesepuhan, ATVI melanjutkan kembali perjalanan menuju Desa  Gerabah Sitiwinangun.
Pengrajin gerabah di Desa Sitiwinangun mengaku bahwa sudah menjadi pembuat gerabah sejak berusia belasan tahun dan diturunkan kepada anak dan cucunya. Gerabah yang dibuat di desa ini tidak hanya terkenal di Indonesia namun juga di luar negeri. Tugas para mahasiswa di desa ini yaitu untuk mengambil foto human interest dan hasil karya gerabah, maka dari itu mahasiswa di arahkan menuju tempat di mana banyak spot foto yang menarik.
Selepas semua kegiatan, barulah semua melepas rasa lapar di sebuah restoran. Setelah kenyang, rombongan menuju hotel. Selama perjalanan, terlihat sekali raut wajah dari setiap mahasiswa dan dosen yang sangat kelelahan karena seharian melakukan perjalanan jauh dan kegiatan yang menguras tenaga dan pikiran.
Maka sampailah di sebuah hotel yang cukup mewah fasilitasnya yaitu Hotel Ibis Budget Cirebon. Setiap kamar berisikan dua orang dengan fasilitas lengkap berupa kamar mandi, toilet, tv dan ruangan ber-Ac. Selepas dari berbagai kegiatan, rombongan turun dari bis dan langsung melakukan check in kamar dan langsung membersihkan diri dan beristirahat untuk hari esok.
Pagi pun datang, kita semua dibangunkan dengan morning call pada setiap kamar pada pukul 4 pagi untuk mandi dan bersiap sarapan di lantai 2 hotel. Hotel Ibis Budget menyediakan menu sarapan yang beragam dan banyak. Para penginap bebas untuk memilih apapun yang ingin dimakan. Menu yang disediakan yaitu seperti: nasi jamblang, buah, puding.
Es jeruk, air timun, nasi, dan lauk pauk yang tidak bisa disebutkan. Setelah kenyang, mahasiwa ATVI memasuki bus dan memulai perjalanan lagi untuk mencari dan mendapatkan karya karya terbaik. Tak lupa mereka membawa alat yang mereka gunakan untuk berperang hari ini yaitu kamera. Sekitar pukul 7 pagi bus berangkat menuju ke pusat batik Trusmi.
Pengrajin gerabah di Desa Sitiwinangun mengaku bahwa sudah menjadi pembuat gerabah sejak berusia belasan tahun dan diturunkan kepada anak dan cucunya. Gerabah yang dibuat di desa ini tidak hanya terkenal di Indonesia namun juga di luar negeri. Tugas para mahasiswa di desa ini yaitu untuk mengambil foto human interest dan hasil karya gerabah, maka dari itu mahasiswa di arahkan menuju tempat di mana banyak spot foto yang menarik.
Selepas semua kegiatan, barulah semua melepas rasa lapar di sebuah restoran. Setelah kenyang, rombongan menuju hotel. Selama perjalanan, terlihat sekali raut wajah dari setiap mahasiswa dan dosen yang sangat kelelahan karena seharian melakukan perjalanan jauh dan kegiatan yang menguras tenaga dan pikiran.
Maka sampailah di sebuah hotel yang cukup mewah fasilitasnya yaitu Hotel Ibis Budget Cirebon. Setiap kamar berisikan dua orang dengan fasilitas lengkap berupa kamar mandi, toilet, tv dan ruangan ber-Ac. Selepas dari berbagai kegiatan, rombongan turun dari bis dan langsung melakukan check in kamar dan langsung membersihkan diri dan beristirahat untuk hari esok.
Pagi pun datang, kita semua dibangunkan dengan morning call pada setiap kamar pada pukul 4 pagi untuk mandi dan bersiap sarapan di lantai 2 hotel. Hotel Ibis Budget menyediakan menu sarapan yang beragam dan banyak. Para penginap bebas untuk memilih apapun yang ingin dimakan. Menu yang disediakan yaitu seperti: nasi jamblang, buah, puding.
Es jeruk, air timun, nasi, dan lauk pauk yang tidak bisa disebutkan. Setelah kenyang, mahasiwa ATVI memasuki bus dan memulai perjalanan lagi untuk mencari dan mendapatkan karya karya terbaik. Tak lupa mereka membawa alat yang mereka gunakan untuk berperang hari ini yaitu kamera. Sekitar pukul 7 pagi bus berangkat menuju ke pusat batik Trusmi.
Pusat batik Trusmi adalah sebuah kampung yang berada di kota Cirebon yang sebagian besar penduduknya sebagai pembatik. Setelah memasuki kampung ini barulah terlihat banyak sekali toko batik yang berjejer sepanjang jalan dan jika kita lebih dalam lagi memasuki kampung ini, kita bisa melihat kegiatan para warganya yang sedang membatik di depan rumahnya.
Pembatik di sini beragam dari mulai orang tua sampai muda, dan tidak hanya perempuan yang mebatik namun laki-laki pun turut serta membatik. Kami disuguhkan bagaimana cara membatik dari kain masih polos, lalu diberi warna, hingga pencucian kain batik. Motif yang dihasilkan begitu beragam dan cantik.
Tentu saja namanya juga Cirebon di sini menghasilkan batik khas Cirebon yaitu Batik Mega Mendung. Mahasiswa diajak berkeliling untuk mencari foto demi foto tanpa lelah. Setelah selesai dilanjutkan kembali perjalanan menuju sekitar stasiun dan balai kota Cirebon.
Namun aneh karena bus berhenti di depan hotel tempat kita menginap. Ternyata eh tenyata mahasiswa diharuskan berjalan dari hotel menuju Balai Kota sampai Stasiun Cirebon. Sembari jalan, mahasiswa harus memotret bangunan-bangunan yang ada di sekitar balaikota hingga stasiun, dan juga menangkap moment yang unik di sepanjang jalan.
Begitu terik yang dirasakan saat perjalanan ini karena pada saat itu matahari sedang tinggi-tingginya diatas kepala kita, tapi itu semua tidak membuat ATVI patah semangat untuk mencari foto. Jika dirasa cukup untuk foto yang diambil, ATVI kembali lagi menuju bus, tentu saja dengan berjalan kaki melewati jalan yang delah dilalui. Perjalanan selanjutnya adalah Masjid Sang Pencipta Rasa
Bus behenti di depan Keraton Kasepuhan, tempat kemarin yang sudah dikunjungi. Untuk mahasiswa laki-laki menuju Masjid Sang pencipta Rasa untuk menunaikan ibadah Sholat Jumat dan sisanya di dalam bus untuk makan siang. Masjid Sang Pencipta Rasa merupakan masjid yang lumayan terkenal di kota Cirebon.
Keunikan yang terdapat di masjid ini adalah terdapat Azan Pitu atau azan tujuh, maksudnya azan yang dikumandangkan oleh tujuh orang dan khotbah berbahasa Arab. Keduanya hanya ada setiap sholat jumat saja. Setelah sholat jumat, kita melanjutkan lagi perjalanan menuju TPI Bondet.
Setelah berjam-jam perjalanan sampailah di TPI bondet. Dengan bermandikan keringat dan kaki yang lemas, mahasiswa beristirahat sebentar sambil minum air putih di pinggir sungai sebelum memulai memotret. Sungguh tantangan yang luar biasa.
TPI bondet sendiri merupakan sesbuah tempat pelelangan ikan di mana para nelayan menjual hasil berlayarnya di tempat ini. Ikan yang dilelang kebanyakan adalah ikan-ikan kecil yang dijadikan ikan asin. Satu per satu kapal-kapal berdatangan dan menurunkan hasil tangkapan yang jumlahnya banyak hingga berbakul-bakul.
Sangat terlihat begitu kental akan kerja sama gotong royong dari para nelayan. Momen inilah yang harus bisa di tangkap oleh para mahasiswa. Setelah ikan diturunkan dari kapal, lalu ikan-ikan tersebut dilelang dengan harga yang disepakati. Selain orang dewasa, di sini juga bisa menjumpai banyak sekali anak-anak kecil yang bermain, mungkin anak-anak ini merupakan anak dari para nelayan atau pengurus TPI Bondet. Uniknya kebanyakan dari mereka memakai sepatu namun saya tidak sempat menanyakan alasannya kepada anak-anak itu.Â
Terlepas dari anak kecil yang memakai sepatu, tak terasa waktu begitu cepat berlalu dan matahari mulai turun. Mengingat perjalanan berjalan kaki yang sangat panjang itu sudah bisa membuat lemas walau hanya memikirkannya saja. Ternyata ada kabar baik, kita semua kembali ke bus dengan menggunakan kapal besar para nelayan guna menghindari lelah. Syukurlah.
Sampai di bus kita kembali ke hotel dan dilanjutkan dengan makan malam. Rencana awal adalah setelah makan malam kita ke Keraton Kanoman untuk memotret tari topeng, namun di batalkan mengingat mahasiswa yang keleahan akibat perjalanan ke TPI Bondet. Selepas makan kita kembali ke hotel lebih cepat untuk beristirahat karena hari esok akan snagat berat karena harus bangun pukul 3 pagi.
Hari ketiga hunting pada pukul 3 pagi menuju ke pantai kejawanan untuk memotret sunrise atau matahari terbit. Setiap mahasiswa tidak diperkenankan untuk mandi, hanya boleh cuci muka dan langsung berkumpul di bus. Sangat terlihat dari wajah-wajahnya kebanyakan masih mengantuk dan merindukan kasur hotel yang nyaman.
Ternyata lokasi yang dituju tidak jauh, hanya sekitar 10 menit perjalanan. Dalam suasana yang masih gelap, kita menyusuri jalan menuju bibir pantai dengan menggunakan penerangan telepon genggam. Walaupun dalam kegelapan, kami masih bisa melihat samar-samar kapal yang besar-besar. Sesampainya di bibir pantai, kita mencari tempat yang enak untuk menetap dan menunggu munculnya matahari. Di bibir pantai banyak terdapat bilik-bilik tempat berjualan warga sekitar, namun berhubung masih gelap, jadi belum ada yang berjualan.
Dengan sabar kami semua menunggu momen di mana matahari muncul secara perlahan, namun sayangnya matahari tidak muncul dimana kita menetap, melainkan di tempat lain yang masih di sekitar pantai. Jadinya para mahasiswa hanya mendapatkan foto-foto siluet dan ada juga yang penasaran mencari di mana matahari itu berada.
Selain sunrise, ada objek lain yang sangat menarik untuk ditangkap oleh kamera, yaitu objek kapal-kapal yang mulai terlihat berjejer dengan pantulan awan yang di terlihat di air, sangat indah. Setelah kegiatan di Pantai Kejawanan, semua kembali ke bus dan kembali ke hotel untuk mandi dan sarapan.
Selepasnya mandi, barulah kita sarapan di lantai 2 hotel dengan menu yang berbeda dari kemarin, namun tentu saja sama- sama enak. Setelah mengisi perut kita melanjutkan perjalanan dengan menggunakan bus menuju Situs Purbakala Cipari. Perjalanan lumayan memakan waktu karena tempat ini terletak di kota Kuningan, sekitar 2 jam waktu perjalalan. Berhubung lamanya perjalanan, waktu 2 jam digunakan untuk tidur dan menyimpan energi agar segar saat memotret.
Sesampainya di Situs Purbakala Cipari, kita disuguhkan oleh banyak sekali peninggalan-peninggalan zaman Megalitikum diantaranya : Peti Kubur Batu, batu Menhir, batu Temu Gelang, Altar Batu dan barang-barang lainnya yang tersimpan di etalase museum. Lokasi ini tidak terlalu luas, jadi hanya sebentar saja kita sudah selesai berkeliling tempat yang penuh batu ini. Foto yang bisa kita ambil di lokasi ini seperti foto peninggalan sejarah dan juga foto momen orang-orang yang berkunjung  tempat wisata batu ini. Setelah sekita 2 jam di lokasi Situs Purbakala Cipari, tanpa rasa lelah kita melanjutkan perjalnaan menuju Linggarjati.
Masih di kota Kuningan, jadi tidak terlalu memakan waktu yang lama untuk menuju lokasi ini. Linggarjati merupakan tempat bersejarah dimana para pahlawan kita melakukan perjanjian linggarjati dengan Belanda di tempat ini. Gedung Linggarjati lumayan masih di jaga keasliannya dan kental akan gaya zaman dulu. Di dalamnya terdapat berupa, rumah makan, ruang perjanjian, hingga kamar tidur yang dulu digunakan oleh para pahlawan kita. Setelah selesai memotret semua isi dari tempat ini, kita pergi menuju tempat makan.
Selama perjalanan, kita disuguhkan oleh pemandangan yang sangat indah apalagi terlihat juga Gunung Cermai yang menjulang. Setelah makan, kita melanjutkan perjalanan menuju pusat oleh-oleh khas Cirebon, begitu banyak jenis jajanan oleh-oleh yang dijual, tak hanya jajanan namun ada juga pakaian khas cirebon. Lumayan untuk keluarga di rumah.
Setalah menghabiskan uang dengan berbelanja, kita di bawa ke sebuah restoran yang lumayan mewah bernama Cahaya Restoran. Padahal sebelumnya baru saja makan dan sekarang disuruh makan lagi. Sesampainya di dalam restoran, ternayata ada sambutan dari direktur ATVI yaitu bapak Eduard Depari. Sebelum memulai makan ada sedikit pengumuman mengenai lomba yang diadakan yaitu lomba foto dari hari pertama hingga di Linggarjati.
Ada 3 pemenang lomba foto yang di bagikan di instagram dengan hadiah yang beragam seperti, kamera polaroid dan masih ada yang lain yang sebenarnya saya lupa apa saja hadiahnya. Tiba-tiba para pelayan membawa makanan yang bisa dibilang mewah dan sangat enak. Sungguh pengalaman baru bagi saya makan di tempat yang mewah dengan makanan yang mewah juga tentunya.
 Setelah puas makan dengan hidangan yang enak kita melanjutkan perjalanan meuju Keraton Kanoman untuk memotret Tari Topeng khas Cirebon. Perjalanan lumayan jauh sehingga memakan waktu yang lumayan, ditambah lagi kondisi jalan yang agak macet. Kita sampai di Keraton lumayan cukup larut dan gelap tentunya.
Setelah memasuki keraton, terlihat para penari yang sedang berlatih dan terlihat sebuah panggung kecil yang kira-kira luasnya hanya 2x2 meter saja dengan penerangan obor yang menurut saya tidak terang. Mahasiswa diwajibkan untuk memutar otak agar bisa mengasilkan foto dengan pencahayaan seadanya.
Tak apalah dari pada tak ada, saat sedang asyik memotret ada orang yang menyuruh saya keluar dan menghentikan aktivitas demi keamanan dan keselamatan. Ternyata banyak dari teman-teman yang kerasukan makhluk halus dan di evakuasi dengan cepat. Mungkin karena dari subuh sudah beraktivitas dan kelelahan jadi banyak teman-teman yang bengong dan lemah. Selesai tari topeng kita kembali ke hotel dan istirahat
Hari terakhir di Kota Udang, dengan jadwal tujuan Goa Sunyaragi. Pagi-pagi kita bergegas mandi dan sarapan sekalian check out hotel. Sebelum ke Goa Sunyaragi, tenyata mahasiswa harus berkeliling dan memotret suasana car free day di depan hotel.
Banyak sekali momen yang ada bisa di ambil seperti: sekumpulan orang yang senam bersama, berjualan, bermain, dan ada juga pertunjukkan kesenian. Semua suasana ini diabadikan di dalam kamera. Setelah puas memotret car free day Cirebon, kita membawa barang bawaan kita menuju ke Goa Sunyaragi
Banyak sekali objek terutama dari segi arsitektur karena begitu banyak jenis goa yang bisa diambil gambarnya. Selepas dari goa kita melanjutkan menuju tempat makan yang menyediakan empal gentong dan setelah kenyang kita meuju ke stasiun cirebon dan pulang ke jakarta.
Begitulah cerita dari perjalanan 4 hari di kota corebon dan Kuningan. Begitu banyak pengalalaman, kenangan dan pelajaran yang berarti. Semoga apa yang sudah diambil bisa mengasilkan hasil yang memuaskan.
ig ; yulianacitra18
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H