Mohon tunggu...
Yulia Kezia Maharani
Yulia Kezia Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa S1 jurusan Ilmu Komunikasi di Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Jurnalistik AI: Menggabungkan Kecerdasan Buatan dengan Perkembangan New Media

4 Juni 2023   05:00 Diperbarui: 4 Juni 2023   05:52 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yulia Kezia Maharani (200904073) / Reissa Anindita Prasetya(200904089)

Dosen: Drs.Syahfruddin Pohan, M.Si, Ph.D

Perkembangan teknologi telah memberikan dampak besar pada kehidupan manusia, terutama dengan munculnya media baru. New media atau media baru merupakan istilah umum untuk menggambarkan proses penyampaian informasi lewat teknologi digital. 

Jika dulunya informasi hanya bisa didapatkan lewat surat kabar atau majalah, saat ini informasi tersebut dapat disebarkan dan diakses lewat perangkat komunikasi yang terhubung dengan internet. Manfaat ini memudahkan seseorang untuk mencari serta mendapatkan apa yang dibutuhkan, termasuk informasi.

Dikutip dari buku Etika Komunikasi dalam Media Sosial: Saring Sebelum Sharing (2021) karya Rahmanita Ginting, dkk, new media adalah media yang menggunakan internet berbasis teknologi online, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif, serta dapat berfungsi secara privat atau publik.

Dewasa ini, era digital yang semakin berkembang pesat telah mempengaruhi berbagai aspek, termasuk dunia jurnalistik. AI atau Artificial Intelegence adalah kecerdasan buatan yang merupakan salah satu inovasi untuk mengubah lanskap media. 

Dalam beberapa tahun terakhir, nyatanya AI sudah membuktikan diri sebagai alat yang sangat bermanfaat bagi para jurnalis dalam menciptakan konten berita yang relevan, efisien, serta terpercaya.

Peran AI dalam Jurnalistik

AI menggunakan algoritma dan teknologi kecerdasan buatan untuk membantu dalam produksi, distribusi, dan kurasi konten berita. Mereka dapat mengumpulkan, memverifikasi, dan menganalisis data secara otomatis dari berbagai sumber. 

AI juga dapat membantu dalam memprediksi tren berita, menganalisis sentimen publik, dan mempersonalisasi pengalaman berita untuk pembaca.

Selain itu, AI juga dapat menghasilkan konten berita dengan cepat dan efisien. Mereka dapat menghasilkan ringkasan berita, artikel berdasarkan data mentah, atau laporan berdasarkan pola yang ditemukan dalam data. 

Namun, peran jurnalis AI tidak sepenuhnya menggantikan peran jurnalis manusia. Mereka lebih berfungsi sebagai alat bantu yang membantu jurnalis manusia dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi dengan lebih efektif.

Contoh Nyata Penerapan AI dalam dunia Jurnalistik

Hadirnya presenter berita virtual, resmi menandakan sentuhan kecerdasan buatan (AI) yang kini merambah dunia pers tanah air, empat tahun setelah presenter virtual pertama kali diperkenalkan ke dunia oleh media China.

Pada teknologi Artificial Intelligence, pembawa acara yang berbentuk robot ini pertama kali diperkenalkan ke publik oleh TV One. Adapun tiga nama robot pembawa acara tersebut di antaranya Sasya, Nadira, dan Bhoomi. Robot pembawa acara yang bernama Sasya dan Nadira diperkenalkan oleh publik bertepatan pada hari Kartini yaitu 21 April 2023, sedangkan untuk robot pembawa acara yang bernama Bhoomi juga diperkenalkan tidak lama dari 2 robot lainnya yaitu pada tanggal 25 April 2023. 

Robot tersebut telah diresmikan oleh CEO TV One yaitu Taufan Eko Nugroho pada 26 April 2023. Dilansir dari voaindonesia.com, Taufan Eko Nugroho (CEO TV One) menjelaskan kepada publik bahwa inovasi yang dibuat ini mempunyai tujuan yang jelas yaitu memperkenalkan sebuah teknologi Artificial Intelligence kepada publik sehingga semua masyarakat dapat mengetahui robot inovasi baru ini.

Menurut CEO televisi tersebut, inovasi ini membawa suatu keuntungan di antaranya dapat dijangkau di berbagai pelosok, menghemat biaya produksi serta dapat mempercepat proses produksi.

Indonesia mengikuti jejak negara-negara yang sudah terlebih dulu punya presenter berita virtual. Di China, kantor berita Xinhua meluncurkan presenter virtual berbasis AI pertamanya, juga pertama di dunia yang meniru presenter aslinya, pada November 2018 silam.

Dilansir dari voaindonesia.com, Aiman Witjaksono yang merupakan Pemimpin Redaksi MNC News menyambut positif adanya presenter AI tersebut, namun ia menggarisbawahi perbedaan presenter virtual sebagai 'pembaca' berita, berbeda dengan presenter manusia sebagai 'pembawa' berita. "Soal rasa dan nurani, (jurnalis) tidak akan pernah tergantikan," jelasnya.

Ditambah lagi, kemunculan chatbot berbasis kecerdasan buatan bernama ChatGPT pada November 2022 dapat membantu kerja-kerja jurnalistik. Sejumlah perusahaan media pun sudah menerapkannya. Mesin ini mampu meringkas hasil wawancara dalam poin-poin penting yang memudahkan pekerjaan jurnalis. 

Kehadiran ChatGPT mendatangkan kompetisi luar biasa bagi media massa. Sebab, media tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi masyarakat. Dengan menuliskan kalimat pertanyaan atau perintah, pengguna AI akan disuguhkan jawaban berupa teks buatan perangkat lunak.

Lalu Bagaimana Nasib Jurnalis Manusia?

Penggunaan jurnalis AI telah membawa dampak besar bagi dunia jurnalisme. Dengan kemampuan untuk memproses dan menganalisis data secara cepat, jurnalis AI dapat membantu dalam mengatasi informasi yang berlebihan dan memfilter berita palsu. 

Mereka juga dapat membantu dalam mengidentifikasi tren berita yang sedang berkembang dan memberikan wawasan yang lebih mendalam kepada jurnalis manusia.

Namun, kehadiran jurnalis AI juga menghadirkan sejumlah tantangan. Mengutip dari tekno.tempo.co, Sekretaris Jenderal Aliansi Jurnalisme Independen (AJI), Ika Ningtyas mengungkapkan bahwa AI merupakan hal yang memiliki dua sisi yang tajam.

"Sebenarnya kalau kita pahami AI itu seperti dua mata pisau. Di satu sisi dia bisa sangat bermanfaat untuk mendorong kerja-kerja jurnalisme, dalam hal misalnya kami di fact checking. Yang kedua, dia selalu memiliki kelemahan. Karena kita tahu bahwa teknologi itu tidak dibuat untuk tujuan atau tidak selalu memiliki etika, yang kemudian berdampak jika kita menggunakan AI itu tanpa menggunakan etika," katanya.

Lebih jauh lagi, Ika menyebutkan bahwa sebetulnya AI bisa saja dipergunakan untuk mempermudah tugas jurnalis, asalkan penggunaannya tidak melenceng, seperti misalnya digunakan untuk memproduksi berita bohong.

Selain itu, perkembangan new media dan AI menghadapkan kita pada tantangan dan pertimbangan etika. Masalah privasi dan keamanan data menjadi perhatian utama, di mana perlindungan data yang kuat dan kebijakan privasi yang jelas diperlukan. Selain itu, pertanyaan tentang dampak sosial, pengaruh algoritma, dan keadilan AI juga menjadi perdebatan yang semakin intens.

Oleh karena itu, para jurnalis dituntut untuk tidak menyerahkan seluruh pekerjaannya pada kecanggihan dan manfaat dari kecerdasan buatan (AI). Sebab, teknologi ini masih memiliki banyak keterbatasan, seperti dalam akurasi dan verifikasi sehingga berpotensi menabrak kode etik jurnalistik.

Dalam bayang-bayang semakin canggihnya kecerdasan buatan, dunia jurnalisme mendapatkan peluang sekaligus tantangan. Peluang bekerja lebih efektif dengan teknologi AI sepintas seperti tawaran yang menggiurkan. 

Meskipun begitu, perlu disertai kehati-hatian agar cara baru ini tetap berjalan dalam koridor etika jurnalistik dan tidak menurunkan kualitas konten berita yang merugikan masyarakat.

Sebab itu, manusia tetaplah dibutuhkan untuk dapat menciptakan sebuah inovasi-inovasi baru yang dapat meringankan pekerjaan manusia. Selain itu, manusia juga harus mempersiapkan teknologi untuk masa depan yang akan semakin maju dan canggih mengenai Artificial Intelligence. 

Saat ini stasiun televisi luar negeri sudah menggunakan Artificial Intelligence sebagai pengganti pembawa acara manusia, seperti CGTN dan Xinhua di China, CNN dan BBC di Amerika Serikat dan Al Jazeera di Qatar dalam program berita yang dimiliki oleh negara masing-masing.

Namun seberapa canggih teknologi yang ada di dunia tetaplah manusia menjadi peran utama dalam teknologi tersebut. Peran di mana teknologi hanya membantu pekerjaan manusia agar lebih mudah dan cepat, tidak untuk menggantikan pekerjaan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun