Warung tersebut berdiri di tempat strategis, sekalipun di sisi belakang gerai merupakan jalan Kereta Api, tetapi bagian depan dan sebelah kanan merupakan jalan utama mengarah ke kota.
Selain itu, di tempat tersebut menjadi kawasan industri (pabrik garment dan lain sebagainya). Maka tak heran jika warung nampak ramai pengunjung.
Sekilas hidung saya mencium aroma khas soto yang yang menyegarkan. Warung tersebut menawarkan dua jenis menu, yakni soto ayam kampung dan soto sapi.
Saya memesan dua mangkuk soto ayam kampung beserta teh hangat sesuai instruksi suami.
Warung soto Sragen disajikan dalam gerobak angkringan yang menarik. Dalam hal ini menjadikan ikon dari kota asal. Sebab, pada umumnya penjual soto kebanyakan memakai nama sang penjual.
Dengan menamai soto daerah asal, maka nama tersebut mudah diingat serta bisa dikenal masyarakat secara luas.
Ketika pesanan disajikan mas pelayan, dalam semangkuk soto ayam kampung terdiri nasi putih berkuah bening.Â
Berhias topping suwiran ayam, potongan tomat, kecambah ijo panjang, mi bihun, keripik kentang bertabur bawang goreng dan seledri.
Terlihat kuahnya bening, saya mengambil sendok untuk mencicipi rasanya, sebelum menambahkan sambal serta perasan jeruk nipis.