Dalam hitungan menit kami hampir tiba. Ketika hendak menyeberang perlintasan KA Mbah Ruwet, seorang penjaga menghentikan deru kendaraan seraya melempar senyum ramah.
"Kendel rumiyen, Pak. Kretone bade lewat."
"Njih, Pak," balas suami dengan senyum ramahnya. Kami sempat mengobrol sesaat menunggu kereta lewat.Â
Obrolan kami tentang warung yang berjarak beberapa meter dari perlintasan kereta. Kata penjaga palang pintu, Soto Sragen sangat laris,harga murah.Â
pabrik dan warga sekitar datang silih berganti mampu menunjang pemasaran. Maka tak heran jika pukul 11:00 siang menu telah habis.
Banyaknya karyawan**
Siapa sangka, jika kawasan pertanian pinggir ril Kereta Api Mbah Ruwet tersebut telah disulap menjadi tempat berniaga.Â
Ada beragam toko yang menawarkan sejumlah kebutuhan hidup, mulai minimarket, hingga beragam kulineran.
Salah satunya warung makan yang menjadi tempat berkumpulnya penikmat kuliner tradisional.Â
Ya, di tempat tersebut telah dibuka warung Soto dengan konsep adat Jawa (Joglo) bertuliskan Soto Sragen.