***
Sayup-sayup saya mendengar bunyi asing sedikit berisik. Sependek ingatan, ini pertama kalinya mendengarkan bunyi "tek-tek-tek" dari kamar anak saya.
Namun saya tidak beranjak dan terus menikmati dentuman. Beberapa menit kemudian, suami nyamperin ke kamarnya. Â
Kedengaran mereka bercakap cukup lama, tidak begitu jelas. Hanya terdengar suara menyebut nama salah satu keponakan suami.
***
"Ridho tuku dolanan Latto-Latto, regane wolung ewu,"( Ridho beli mainan Latto-Latto seharga Rp 8000), kata suami sembari merebahkan tubuhnya.
"Owalah...." kalimat saya terpenggal. Karena otak saya berusaha mengingat "sesuatu"...ya, beberapa hari lalu suami dan anak membahas mainan etek-etek milik keponakan.
Kata mereka, Latto-latto merupakan Mainan Jadul, sedang menjadi topik tranding di media sosial serta kalangan masyarakat sekitar.Â
Ealah, ketinggalan info saya.
Sepertinya belum pernah melihat mainan yang lagi viral itu, apakah saya kuper, atau kurang piknik. Suer.
Mungkin zaman dulu orangtua saya tidak mampu membelikan mainan neko-neko. Jangankan membelinya, untuk biaya hidup mereka harus banting tulang. Eh, jadi curhat.