Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Balik Viralnya Latto-Latto, Ternyata Menyimpan Banyak Manfaat

8 Januari 2023   22:32 Diperbarui: 14 Januari 2023   20:51 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mainan Latto-Latto sumber gambar//https://www.detik.com

"Assaalamu'alaikum," terdengar suara NakNang mengucap salam begitu memasuki pintu rumah.


"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab saya sambil melanjutkan dzikir petang di kamar lamanya.  

Ya, akhir-akhir ini saya wiridan di kamar sembari rebahan terkait masa pemulihan.

Kuranya dalam mendawamkan salam begitu masuk rumah, berlanjut ke anak cucu hingga akhir zaman. Aamiin.

***

Kemarin lusa sedari sore turun hujan, anak saya menerobos rinainya begitu usat salat maghrib. Sedangkan ayahnya terlebih dulu sampai di rumah.

Hampir setiap sore sehabis ngaji di pondok, terkadang ia pulang sekadar menyimpan tas berisi Al-Quran. Kemudian bertolak membaur dengan teman sebaya.

Namun kerap kali ia dolan dengan teman sepantaran di sekitar Mushola. Dengan alasan, ingin menunaikan salat berjamaah.

Sebagai orangtua kami tidak mempermasalahkan. Sebab, selama liburan sekolah, ketika saya sakit membantu orangtua.

Tumben, begitu melintasi tempat saya ia hanya mengucap salam. Biasanya, "Buk, Maem-me opo?" 

***

Sayup-sayup saya mendengar bunyi asing sedikit berisik. Sependek ingatan, ini pertama kalinya mendengarkan bunyi "tek-tek-tek" dari kamar anak saya.

Namun saya tidak beranjak dan terus menikmati dentuman. Beberapa menit kemudian, suami nyamperin ke kamarnya.  

Kedengaran mereka bercakap cukup lama, tidak begitu jelas. Hanya terdengar suara menyebut nama salah satu keponakan suami.

***

Foto Mainan Latto-Latto( Dokpri Yuliyanti.
Foto Mainan Latto-Latto( Dokpri Yuliyanti.

"Ridho tuku dolanan Latto-Latto, regane wolung ewu,"( Ridho beli mainan Latto-Latto seharga Rp 8000), kata suami sembari merebahkan tubuhnya.

"Owalah...." kalimat saya terpenggal. Karena otak saya berusaha mengingat "sesuatu"...ya, beberapa hari lalu suami dan anak membahas mainan etek-etek milik keponakan.

Kata mereka, Latto-latto merupakan Mainan Jadul, sedang menjadi topik tranding di media sosial serta kalangan masyarakat sekitar. 

Ealah, ketinggalan info saya.
Sepertinya belum pernah melihat mainan  yang lagi viral itu, apakah saya kuper, atau kurang piknik. Suer.


Mungkin zaman dulu orangtua saya tidak mampu membelikan mainan neko-neko. Jangankan membelinya, untuk biaya hidup mereka harus banting tulang. Eh, jadi curhat.

Berbeda dengan anak-anak sekarang, bisa menikmati hidup serba kecukupan serta memiliki beragam mainan, termasuk Latto-Latto.

Apa sih, permainan latto-latto itu?

Menurut Wikipedia-Di berbagai daerah Latto-latto dikenal sebagai katto-katto, etek-etek, nok-nok, dan toki-toki. Salah satu mainan tradisional berbentuk dua bola plastik. 

Memiliki bobot padat dan keras. Tetapi permukaannya halus. Dikaitkan dengan seutas tali(tampar sintetis) serta memiliki cincin di tengah talinya. 


Latto-Latto merupakan mainan tradisional yang sudah ada sejak tahun 1960-an, dahulu sempat di larang karena dianggap berbahaya bagi anak-anak. 

Permainan Latto-Latto yang kembali viral di Indonesia, sempat menuai sisi positip. Terlebih anak-anak kembali mengenal mainan tradisional. 

Namun, akhir-akhir ini di berbagai daerah diberlakukan larangan membawa mainan Latto-Latto ke sekolah. Ya, iyalah, sekolahan kan tempat-nya menuntut ilmu.  Selebihnya di sini.

Cara Memainkan Latto-Latto

Gambar ketika anak belajar memainkan latto-latto// kolase foto dokpri Yuliyanti
Gambar ketika anak belajar memainkan latto-latto// kolase foto dokpri Yuliyanti
Saya kemarin melihat anak saya memainkan mainanya, tekniknya seperti mudah. Posisi bola seimbang, kemudian jari tengah dijepit(dililitkan) dengan bagian tengah tali. 

Serelah nyaman diayunkan, hingga bola mengeluarkan bunyi "tek-tek-tek" saat berbenturan satu sama lain.

Bagi pemula, harus berhati-hati memainkannya. Sebab, jika kurang mahir, kedua bola bisa mengenai pemainnya.

Kolase foto keponakan yang lebih mahir memainkan latto-latto. Dokpri Yuliyanti
Kolase foto keponakan yang lebih mahir memainkan latto-latto. Dokpri Yuliyanti

Berbeda dengan keponakan yang sudah mahir memainkan latto-latto. Awalnya dijepit bagian tengah tali latto-latto di antara dua jari. 

Lalu menggoyangkan dengan menambah kecepatan hingga bola beradu melingkar ke atas dan ke bawah menimbulkan bunyi "tek-tek-tek..." dengan durasi lama.

Di Balik Viralnya Latto-Latto, Ternyata Menyimpan Banyak Manfaat, di antaranya:

1. Menambah omset penjual 

Mainan dua bola kecil yang dikaitkan dengan tali menjadi viral di penghujung tahun 2022. Kepopulerannya mendatangkan omset bagi penjual latto-latto yang lama meredup.

2. Memupuk Sifat Pantang Menyerah

Bagi pemain pemula, seperti anak saya, ia tertarik dan berusaha menggerakan kedua bola agar menimbulkan suara "tek-tek-tek" dengan beragam gerakan.

Ketika ia merasa gagal, lalu menunjukan sembari bilang "aku ra isoh"( baca aku nggak bisa).

Sambil tersenyum saya menyemangatinya, belajar alon-alon, Le. ( belajar-pelan-pelan, Le).

Terus ia kabur ke kamarnya dan kembali mencoba. Sikap tersebut memupuk sifat pantang menyerah. NakNang kembali menjajal hingga bola-bola berdentuman cukup.lama. 

3. Mengembangkan Gerak Motorik

Ketika ia memainkan lato-lato, terus berusaha berpikir agar tangannya mampu menggerakan sesuai kekuatannya. Sebab, ini tidak sekadar permainan, tetapi juga melatih dan mengembangkan ketangkasan tangan pula melatih ketajaman panca indera.

4. Melatih Tingkat Kesabaran

Seperti yang saya tulis di atas, anak saya bilang tidak bisa memainkannya, tetapi dengan sabar, ia terus mencoba Kegagalannya menuai keberhasilan. Harapan saya sikapnya akan tertanam hingga kelak ia dewasa.

5. Memalingkan Kebiasaan bermain Gadget

Tidak dipungkiri, semenjak pandemi anak-anak mengikuti pembelajaran daring. Tanpa kita sadari, ia memegang gadget terlalu lama. Jika tidak dipantau orangtua, akan keterusan tidak baik baginya. 

Dengan bermain latto-latto bisa memalingkan kebiasaannya bermain gadget

6. Melestarikan Permainan Tradisional

Permainan Tradisional sekalipun latto-latto berasal dari mancanegara, namun keberadaannya di Indonesia dinyatakan aman untuk dimainkan anak remaja hingga dewasa. 

Semoga beragam mainan jadul atau permainan tradisional lainya muncul, dan keberadaannya tidak tergeser di era digital ini.

Mari ajak anak-anak untuk melestarikan permainan tradisional yang menjadi warisan nenek moyang kita. 

Selain itu, kita bisa berbagi rezeki kepada pedagang Latto-Latto.

***

Catatan: Mainan Latto-Latto tidak disarankan untuk balita, anak yang belum menginjak remaja tanpa didampingi orangtua. Sekian semoga bermanfaat.

Salam hangat, dari Klaten Bersinar.

Sumber bacaan

#TopikPilihan
#MainanJadul
#ViralLatto-Latto
#ArtikelYuliyanti

#Tulisanke-410
#Klaten, 08- 2023
#MenulisdiKompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun