Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_yuli_adja Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar Pilihan

Terowongan dan Sumur Raksasa di Gunung Pegat, Saksi Sejarah Kolonial Belanda

18 September 2022   10:43 Diperbarui: 18 September 2022   19:56 4720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saluran irigasi dari terowongan Gunung Pegat di Desa Jotangan, Bayat. Dokpri yuliyanti

Sumur pertama di dekat pintu kontrol irigasi, dan sudah ditandai warna biru. Menurut beberapa sumber, sumur tersebut memiliki diameter 10 meter, bibirnya ditumbuhi tumbuhan liar.

Sedangkan sumur kedua tidak jauh dari luweng pertama. Hanya beberapa meter jaraknya. Namun saya tidak mengambil gambarnya karena tertutup rerimbunan pohon. Selain itu, jalan di lereng gunung sempit dengan satu tikungan tajam sedikit curam. Jadi harus hati-hati dan segera melintas.

Sumur ketiga, di perbatasan Desa Jotangan dan Krikilan Bayat. Dokpri yuliyanti
Sumur ketiga, di perbatasan Desa Jotangan dan Krikilan Bayat. Dokpri yuliyanti

Sumur ketiga terletak di perbatasan Desa Jotangan dan Krikilan. Lebih tepatnya sisi selatan lereng Gunung Pegat. Luweng tersebut dipenuhi rerumputan pula tumbuhan jati milik warga sekitarnya. 

Saat mengambil gambar dari bahu jalan raya, nampak beberapa pengendara melintasi Gunung Pegat. Di lereng kiri dipenuhi pohon jati dan mahoni. Sisi kanan area ladang warga Krikilan, Jotangan dan keberadaan sumur tua.

Sisi timur gunung, mengarah ke Desa Jotangan. Dokpri yuliyanti
Sisi timur gunung, mengarah ke Desa Jotangan. Dokpri yuliyanti

Sumur keempat, di lereng Gunung Pegat, Desa Jotangan Bayat.
Sumur keempat, di lereng Gunung Pegat, Desa Jotangan Bayat.

Kondisi sumur keempat dan kelima tidak jauh berbeda dengan luweng lainnya, penuh rerumputan. Sewaktu saya mengambil gambar dari pinggir tebing. 

Sumur kelima di Gunung Pegat, Jotangan, Bayat, Klaten. Dokpri yuliyanti.
Sumur kelima di Gunung Pegat, Jotangan, Bayat, Klaten. Dokpri yuliyanti.

Menurut penuturan ibu, pembuatan sumur raksasa  semasa ayah beliau(kakek saya) masih sekolah. Dulu sekolahnya masih menggunakan tulisan serta berbahasa daerah(bahasa Jawa).

Dari situlah, riwayat pembuatan sumur tua menjadi kisah turun temurun di keluarga kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun