Begitu pula kebersamaan kami beberapa waktu lalu, tidak hanya sekadar acara berkumpul serta makan bersama.Â
Namun, hari itu dijadikan momen penting untuk bermaaf-maafkan. Sebagai masyarakat Jawa, keluarga kami masih nguri-uri budaya Jawa, yakni tradisi sungkeman.
Sungkem menggambarkan bakti seorang anak kepada orangtua, serta ungkapan rasa terima kasih atas bimbingan dan ajaran yang diberikan semenjak kecil hingga dewasa.
***
Saat menginjak usia remaja, anak saya bertanya seputar sungkem lebaran serta Ucapan Idul Fitri.
"Bu, kalau kita salaman(sungkem) dengan Mbah Putri(nenek) apa yang diucapkan?"
Â
Pembahasan anak saya mengingatkan kejadian tiga dekade lalu. Pertanyaan yang sama keluar dari mulut saat ingin mengawali berlebaran dengan teman seumuran.
Beruntung, ibu dulu pernah mengajarkan tata cara berlebaran yang muda diingat. Jadi, ilmu yang didapat saya ajarkan kepada buah hati.
Tradisi sungkem lebaran berbahasa Jawa halus, atau yang disebut kromo inggil bertujuan untuk menunjukkan rasa hormat dan bakti kepada seseorang yang lebih tua, serta memiliki pangkat tinggi dan disegani.
Makanya, sebagian orang memanfaatkan sungkem menjadi sebuah ritual yang tak terlewatkan dalalam keluarga ketika Idul Fitri tiba.
Begini Cara Saya mengajarkan sungkem Idul Fitri Pada Anak.
Anak adalah cerminan orangtua, bila kita menginginkan ia berperilaku baik, maka kita harus mencontohkan hal serupa, diantaranya sungkem kepada ibu.