"Ningrum sayang... kenapa sih, kamu dan suamimu harus mengerjakan pekerjaan rumah? Padahal jelas-jelas ada ART. Lagian, kamu menerima ia untuk apa?"
Ningrum hanya tersenyum getir.
 "Kau benar dev, seharusnya ini tanggung jawab Yu Sarmi, sesuai kesepakatan setelah anak-anak besar,akan mengurus pekerjaan rumah.
"Nah, kan...."
Namun, semenjak ia punya klangenan gadget, pekerjaannya tidak memuaskan."
Seharusnya, usai menghidangkan menu ia mengerjakan hal lain seperti ngepel, ngelap meja atau membersihkan toilet barang sepekan sekali kan, nggak berat.
"Tuh, kan, bengong. Kamu kalau dibilangin nggak nurut. Kalau sudah begini, repot sendiri, kan?"
"Enggak, eh iya sih, dev. Pernah suatu ketika sedang memasak, masakanya gosong. Yu Sarmi diam seribu bahasa, yang tersisa hanya jejaknya.
"Nah, kan, sekarang baru sadar ya? "Terus, apa rencanamu selanjutnya?"
"Nggak tahu, dev?"
"Sampai kapan, kamu akan mempertahankan orang yang tak tau jika dipertahankan?
"Sampai hati ini tak lagi kuat menahannya."