Saat malam tiba, kami terbiasa menggelar tikar di halaman sekadar menikmati indahnya malam bertabur bintang. Pada saat itu saya curhat kepada Bapak(Almarhum) Bahwa saya sudah tidak betah, dan ingin keluar dari pekerjaan.Â
"Nduk, sing sabar, anggonmu nglakoni. Anggep wae lagi sekolah ora bayar. Sebab, Bapak ora isoh nyekolahke sing luwih duwur. Mugo-mugo ing mbesuk-e uripmu bakal mulyo."
"Iyo, Nrimo ing pandum, Nduk."
Â
Terdengar suara Ibu saat memasak  pun mengimbangi. Lalu, beliau menjelaskan makna dari kata di atas yang mempunyai arti " menerima segala pemberian atau keadaan" dalam kajian yang luas berarti ikhlas atas apa yang kita terima dalam menjalani kehidupan.
Begitulah Bapak dan Ibu memberi petuah, Contoh  Peribahasa yang sarat makna. Beliau menyuruh saya untuk bersabar, menerima apa adanya dalam menjalani hidup, juga menganggap masa bekerja itu ibarat sedang menimba ilmu, tetapi gratis.
Iya, itulah penilaian orang tua yang lebih kenyang makan asam garam kehidupan. Mereka jauh lebih memahami semua itu sangat berarti. Karena, selain mendapatkan ilmu, uang pun masuk kantongan. Sesuai pemahamannya.
Bapak juga selalu berdoa suatu saat nanti hidup saya akan mendapat kemuliaan. Kemulian di sini berupa harta, atau pun kedudukan.
***
Saat ada kesempatan, saya kembali bertanya kepada Ibu tentang sebuah perjalanan kehidupan yang seakan melelahkan.
Â