Hari-hari terlewati, bahkan telah berganti tahun kedua. Alhamdulillah, bayaran yang diharapan bertambah. Iya, meski masih jauh dari harapan. Setidaknya membuat hati senang nan bahagia.
Pekan keempat saya pun pulang, membawa gaji cukup lumayan. Saking senangnya, membeli oleh-oleh untuk ketiga adik beraneka macam.
Namun, sesampai di rumah kala malam bertabur bintang, bukan pujian yang saya dapatkan, melainkan sebuah petuah yang  mendalam.
"Nduk, urip kuwi ora kanggo mangan, nanging mangan kanggo urip."
Untuk kalimat itu, saya benar-benar belum paham. Kata-katanya hampir sama. Lama saya mengingat-ingat, sepertinya belum pernah mendengar tetua di toko mengatakan hal serupa.
Saat ada kesempatan, saya pun berbisik kepada Ibu, menanyakan arti kata tersebut.
"Nduk, hidup itu tidak hanya untuk makan. Tetapi makan untuk hidup."
Lalu, Ibu menjelaskan. Bahwasanya kita makan untuk bisa bertahan hidup atau demi menyambung hidup. Kalimat ini memiliki arti cukup luas. Bisa penghayatan tentang tujuan hidup di dunia ini. Seandainya diungkap akan membutuhkan waktu sangat panjang.
Seandainya saja, hidup kita hanya untuk makan, Â maka jerih payah habis dengan sia-sia. Sedangkan kebutuhan hidup masih banyak kan?
Peribahasa tersebut mencerminkan untuk bersifat tidak berfoya-foya atau menghamburkan uang selagi ada. Tetapi untuk berhemat, mendahulukan  kepentingan yang mendesak.
Saya pun berpijak pada ketiga Contoh Peribahasa yang mengandung makna mendalam, kemudian saya jadikan landasan dalam kehidupan untuk meraih kesuksesan.