Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Cerita Tentang Potong Rambut, Tazos dan Tabloid Bola

25 Januari 2025   18:57 Diperbarui: 25 Januari 2025   18:57 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi potong rambut (sumber gambar: Radar Bromo)

"Pendek rapi ya," 

"Iya, Buk..,"

Bergegas, keempat laki- laki itu, ayah dan tiga orang anaknya yang masih kecil berangkat ke tukang cukur. 

Tukang cukur atau tukang potong rambut langganan anak-anak saya letaknya tak berapa jauh dari rumah. Berlokasi di kios kecil dekat masjid di bawah pohon besar dengan tulisan sederhana Potong Rambut Andri.

Tempatnya tak begitu luas, tapi cukup untuk antre beberapa orang yang akan potong rambut. 

Entah Andri itu nama siapa , yang jelas anak- anak dan ayahnya dulu selalu berkata 'mau potong ke Andri'.

Dalam perjalanan waktu nama Andri semakin melekat pada tukang potongnya, dan anak anak saya memanggil nama tukang potongnya Pak Andri.

Potong Rambut Andri ( dokumentasi pribadi fb Tofa Ramadhan)
Potong Rambut Andri ( dokumentasi pribadi fb Tofa Ramadhan)

Sebagai keluarga yang didominasi laki laki (dalam keluarga saya ada empat laki laki dan dua perempuan) pergi ke tukang potong rambut adalah sebuah hal wajib paling tidak 2-3 bulan sekali.

Jika rambut anak-anak sudah mulai agak panjang saya mulai 'ramai' mengingatkan untuk potong. Rambut yang agak gondrong membuat wajah mereka kelihatan lesu bahkan kurus, tidak segar.

"Ayo ndang potong..," 

Jika saya sudah mengingatkan begitu biasanya mereka bertiga segera diajak ayah mereka potong rambut sepulang mengaji.

Mengapa memilih Andri? Disamping karena harganya murah, lokasinya dekat dari tempat mengaji, juga karena modelnya cocok. Ya, pulang dari tukang potong rambut penampilan anak-anak menjadi jauh lebih rapi.

Meski di dalam ruang potong rambut ada poster yang berisi gambar macam- macam model rambut , pendek rapi selalu menjadi pilihan terbanyak.

Menurut pengamatan saya saat itu, yang keluar masuk ke tukang potong itu kebanyakan anak- anak sekolah dan bapak-bapak, karenanya model yang dipilih hampir sama, pendek dan rapi.

Selalu ada sensasi tersendiri saat harus potong rambut ke Andri. Setidaknya itu menurut cerita anak saya. Mulai dari tukang cukurnya yang ramah, hingga karena pulangnya dibelikan snack berhadiah mainan ataupun membeli tabloid Bola.

Tazos, mainan hadiah Snack (Ig GRVN)
Tazos, mainan hadiah Snack (Ig GRVN)

Tukang cukur di sini memang sangat ramah. Pelanggan diajak ngobrol hingga waktu bercukur tak terasa lama. 

Hadirnya radio transistor kecil yang memperdengarkan lagu-lagu, ludruk Kartoloan atau ceramah juga membuat suasana bercukur terasa akrab.

Nah, sepulang cukur, biasanya anak-anak minta dibelikan snack berhadiah.

Snack yang dimaksud adalah yang di dalamnya ada hadiah tazos, yaitu lempeng plastik bulat tipis yang ada gambar pokemonnya. Anak- anak saya sangat suka mengoleksi mainan ini.

Ada hal yang membuat snack ini istimewa yaitu karena saya sangat pelit untuk urusan snack. Hal tersebut sebenarnya ada alasannya. 

Batuk. Itu alasannya. Ya, mereka mudah batuk jika habis makan snack.

Satu-satunya orang yang mengizinkan mereka melanggar 'peraturan' ini adalah ayah mereka. Benar, ayah justru membelikan snack ini  saat mereka habis potong rambut.

Selain membeli snack, hal lain yang membuat potong rambut menjadi saat yang berkesan adalah karena sehabis potong mereka diajak membeli tabloid Bola di sebuah kios kecil yang lokasinya tak jauh dari masjid.

Sampai di rumah biasanya koran dibeber, dibaca bersama. Favorit mereka adalah Liga Italia. Sebuah rubrik yang banyak dihiasi foto- foto menarik aksi para pesepak bola Italia.

Tabloid Bola favorit kami ( sumber gambar: Acta Diurna Wordpress)
Tabloid Bola favorit kami ( sumber gambar: Acta Diurna Wordpress)

Pernahkah anak-anak mencoba potong di barbershop? Pernah. Ketika itu sedang ada rezeki, sehingga ketiganya diajak ayahnya potong di barbershop. Ongkosnya tentunya sedikit lebih mahal daripada tukang cukur Andri.

Hasilnya lebih bagus, tapi entah mengapa modelnya kami kurang cocok. Memang lebih halus, dan bagus, tapi punya Andri lebih mengena di hati..he..he...

Sampai sekarang potong rambut Andri masih eksis. Kiosnya masih seperti dulu. Meski barbershop mulai bermunculan di mana- mana, potong rambut Andri tetap mempunyai pangsa pasar tersendiri .

Anak saya sendiri sesekali juga ke sana ketika ingin potong rambut, tapi sudah tak sesering dulu. 

Ya, mereka sudah tidak dikejar kewajiban potong rambut lagi dari sekolah. Apalagi anak saya yang bungsu lebih suka membiarkan rambutnya gondrong.

Tiap hari saat berangkat sekolah pun saya selalu melewati kios potong rambut ini.  Potong Rambut Andri. Sebuah kios tukang cukur rambut yang sederhana, namun menyimpan banyak cerita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun