Sekarang di tahun kedua SMP tiba-tiba saja badannya mekar dan tingginya hampir sama dengan ibuknya.
Diana memejamkan matanya. Besok pagi ia harus sudah mulai 'umek' lagi di dapur. Episode cake marmer dan kue lumpur. Cake diambil habis Maghrib, kue lumpur diambil Ashar.Â
Perpaduan rasa lelah dan kantuk membuat matanya terasa kian berat.
Bunyi jam dinding seperti hipnotis yang pelan-pelan membawanya ke alam mimpi.
***
"Nduk, tolong belikan kardus besar, " kata Diana pada Yeni, anak perempuan semata wayangnya. Hari sudah menjelang sore. Dapur begitu lekat dengan harum aroma kue.
Di meja makan, kue lumpur dan delapan marmer cake sudah tertata manis.
"Sebentar Buk," jawab Yeni sambil terus memandang hapenya.
Diana memandang gemas.Â
"Ayo ta..agak cepet.. sebentar lagi Mbak Miska ke sini, lumpurnya mau buat tahlilan," tambahnya.Â
Tanpa banyak kata Yeni langsung berangkat ke toko di seberang jalan.