Saya sungguh tak menyangka itulah tonggak pertama saya mulai tekun bermatematika.
Sebelumnya saya bisa matematika, tapi untuk diri saya sendiri. Tapi karena diultimatum seperti itu maka sebelum pelajaran matematika saya harus punya persiapan lebih.
Akhirnya buku pekerjaan matematika saya menjadi begitu lengkap. Saya selalu siap menerangkan sewaktu-waktu ada pertanyaan.
Teman- teman yang mengalami kesulitanpun banyak yang minta diterangkan, bahkan sampai datang ke rumah.
Sebuah hukuman yang manis, hingga akhirnya selepas SMA saya kuliah di IKIP jurusan matematika.
"Kamu jadi guru matematika saja, kalau menerangkan enak," kata teman-teman ketika kami memilih jurusan. Biyuh...
Tahun demi tahun berlalu, hingga saya menjadi guru dan Anna sukses dengan bisnisnya di luar pulau. Sesekali kami bertemu saat reuni, dan beberapa kali berwhatsapp.
Beberapa tahun yang lalu ia mengirim sebuah pesan yang sangat mengejutkan.
"Cikgu, terima kasih ya, anakku sudah diajar matematika," katanya.
Saya sedikit bingung. Ini tidak pernah ketemu ibuknya kok tiba-tiba mengatakan anaknya saya ajar?
"Anak yang mana?" tanya saya.