Dari berbagai sumber diperoleh keterangan bahwa tradisi asli penyajian bubur Suro selalu diikuti dengan berbagai ubo rampe yang meliputi sirih lengkap, kembar mayang dan sekeranjang buah-buahan.
Sirih lengkap menggambarkan penghormatan kita pada para leluhur.Â
Kembar mayang yang terdiri atas untaian bunga mawar merah, putih, juga untaian melati dan daun pandan juga memiliki makna tertentu.
Bunga mawar dan putih menggambarkan bahwa kita harus terus bersemangat melakukan segala langkah kita yang dilandasi dengan niat yang suci.Â
Rangkaian bunga melati dan irisan daun pandan menggambarkan bahwa pada akhirnya segala apa yang kita lakukan bertujuan untuk mengharumkan atau memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia.
Sedangkan buah-buahan menggambarkan harapan kita akan 'kemanisan ' atau kebahagiaan dalam hidup kita.
Sebuah filosofi yang indah. Meskipun sekarang penyajian bubur Suro tidak disertai dengan berbagai ubo rampe, saling mengantar bubur Suro masih dilakukan dengan semangat berbagi dan ungkapan rasa syukur atas segala karunia Ilahi.
Semoga bermanfaat, salam Kompasiana..
Sumber bacaan : NUonline
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H