Koleksi senjata banyak terdapat di museum Brawijaya.
Di ruang koleksi I terdapat senjata peninggalan Tentara Republik Indonesia dan senjata hasil rampasan pertempuran, sementara di ruang koleksi II terdapat meriam, senjata hasil dari rampasan PRRI/Semesta, rampasan Operasi Seroja, rampasan Operasi Trisula dan koleksi seputar pemberontakan lainnya seperti Gentong Besi hasil Operasi di Tim-Tim pada 1975.
Diterangkan bahwa gentong besi itu semula adalah salah satu peralatan pabrik oli di Portugal. Gentong tersebut lalu dibawa oleh misionaris Khatolik dan dipakai sebagai tempat air untuk pembaptisan umat Khatolik.Â
Ketika tahun 1975 Timor Timur bergabung dengan Indonesia gentong tersebut berubah fungsi menjadi sumur perlindungan dari penembakan yang menyelamatkan jiwa prajurit TNI Â Brigif 2 Kodam VIlI Brawijaya.
Lebih masuk ke dalam kita akan melihat koleksi menarik yang lain yaitu gerbong maut dan perahu segigir.
Gerbong maut adalah saksi kekejaman militer Belanda saat terjadinya Agresi Militer I pada tahun 1947.Â
Saat itu gerbong digunakan untuk mengangkut 100 tahanan pejuang Republik dari penjara Bondowoso menuju penjara Bubutan, Surabaya.
Gerbong maut di museum Brawijaya adalah salah satu dari tiga gerbong yang digunakan ketika itu. Satu gerbong mengangkut sekitar 30 orang dengan kondisi gerbong yang sangat minim ventilasi.Â