1. Memilih jenis permainan yang aman dan tidak mengandung unsur kekerasan. Sekolah adalah lembaga pendidikan, jangan sampai mengajarkan karakter yang tidak baik pada anak. Sebaiknya juga spirit, karakter baik yang ada dalam tokoh atau permainan yang dilakukan diterangkan pada siswa.
2. Â Memberikan pengertian pada siswa bahwa sebagai sebuah jenis oleh raga e-sport memerlukan stamina yang bagus agar bisa bermain dengan bagus.Â
Karenanya siswa perlu menjaga kondisi fisik dengan  bergaya hidup sehat juga membagi waktu dengan baik termasuk membatasi waktu bermain game.Â
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan para ahli di Oxford University, Inggris, anak sebaiknya tidak main video game lebih dari satu jam setiap harinya. Lebih dari itu permainan game akan menimbulkan berbagai  efek buruk yang tidak diinginkan.Â
3. Sosialisasi pada semua guru, siswa dan orang tua tentang dampak positif dan negatifnya bermain game.Â
Dengan sosialisasi dan keterbukaan diharapkan semua pihak memahami dan saling mengingatkan jika ada yang tidak berjalan sesuai aturan
4. Kerjasama dari sekolah dan orang tua untuk mengawasi anak- anak saat bermain game. Terutama mengingatkan cara berkomunikasi. Tidak bisa dipungkiri bahwa serunya game sering memancing pemainnya berkata kasar, kotor atau kadang mengumpat.
Akhirnya e-sport sebagai sebuah fenomena budaya dan olah raga yang menggabungkan hiburan, teknologi dan kompetisi adalah sesuatu yang akan terus berkembang dan diminati.Â
Sekolah tidak bisa menutup mata bahwa penggemar e-sport semakin lama semakin banyak. Memasukkan e-sport dalam kegiatan ekstrakurikuler bisa saja dilakukan tergantung kesiapan masing-masing sekolah.Â
Kontrol sekolah dan orang tua  sangat diperlukan agar kegiatan game yang dilakukan pada siswa lebih terkendali.Â