"Pak Jokowi," jawabnya ringan.
"Ooh, begitu ya..." kata saya sambil tertawa.
Asli, saya suka dengan cara mbak Sur menyebut nama Pak Joko. Sepertinya Pak Joko itu kenalan dekatnya, atau tetangga sebelah rumah.
Mungkin karena Mbak Sur dan suaminya penggemar berat Pak Jokowi.
Pagi ini ketika berjualan dan hendak keluar gang Mbak Sur agak tertegun. Ada bendera NU bertebaran dimana-mana dan di sela- selanya ada bendera PDI. Sementara di kampung seberang bendera NU dan PKS berjajar dengan manisnya. Sebuah pemandangan yang sangat langka.
Aha, rupanya ada angin segar yang berhembus di mana-mana. Pencalonan Pak Ganjar dan Pak Mahfud membuat bendera NU dan PDI bersanding mesra, sementara pencalonan Pak Anis dan Pak Muhaimin membuat bendera NU berkibar di kampung seberang yang selama ini agak berbeda paham dengan kampung kami.
Jelasnya kampung kami masih setia dengan Manaqiban, Dibaan, Yasinan, sementara kampung seberang tidak melaksanakan segala ritual itu. Perbedaan yang membuat sedikit ada keengganan kami untuk berakrab-akrab dengan saudara di kampung seberang.
He..he..Mbak Sur tersenyum cerah. Jika biasanya ia agak segan masuk kampung seberang,namun tidak untuk kali ini. Dengan langkah pasti ia berjalan ke seberang untuk menawarkan barang  dagangannya.
 Ya, barokah pencapresan membuat daerah spreadingnya menjadi lebih luas dan harapannya rezekinya akan semakin bernas.
Mbak Sur terus melangkah. Lha wong politik saja kok dibuat ruwet. Bagi wong cilik  seperti dirinya yang penting semua gayeng, seneng, rukun dan seduluran selawase..