Tapi siapa yang suka selalu menadahkan tangan pada anak? Diam-diam kakek selalu melakukan pekerjaannya meski tidak seperti dulu. Yang penting dia bisa mencari uang sendiri.
Tahun 2020 pandemi tiba-tiba datang dan merenggut nyawa satu demi satu orang-orang yang dicintainya. Ya, Danu sekaligus menantunya. Hingga akhirnya Addin harus tinggal bersamanya.
"Makan dulu Le, masuk angin nanti..,," kata si Kakek lagi.
Addin menghentikan pekerjaannya.
"Lha , kakek? Tidak makan?" tanya Addin sambil mencuci tangannya di pancuran yang ada di depan rumah.
Kakek menggeleng. "Gampang, Kakek belum lapar," katanya sambil mengisap rokoknya dalam-dalam.
Addin membuka nasi bungkus yang ada di hadapannya. Nasinya sudah mulai dingin. Tadi pas beli masih hangat. Tapi tak apa, nasi campur Buk Lin selalu enak dinikmati dalam kondisi hangat ataupun dingin. Apalagi perutnya sedang lapar.
Begitu dibuka tampak nasi, mie, oseng kacang panjang, bali tahu dan telur. Baunya begitu menggoda. Porsi nasinya berlipat.
Ya, Buk Lin tahu, sebungkus nasi biasanya dimakan berdua oleh Addin dan kakeknya. Karenanya nasinya selalu ditambah. 'Diimbuhi' , katanya.
"Punya kakek Addin taruh di piring ya..,," kata Addin sambil mulai makan. Rasa lelah membuat perutnya terasa lapar. Hmm, nasi campur Buk Lin memang tiada duanya.
Kakek tersenyum melihat Addin yang makan dengan lahap.
"Habiskan saja Le," katanya lembut
Addin menggeleng.Â
"Kakek juga harus makan .. , nanti sakit," jawabnya singkat.
Kakek menggeleng. "Addin makan yang banyak, biar cepat besar," jawab kakek sambil tersenyum.
Sesekali dengan mata tuanya kakek memandang Addin sedih. Anak sekecil itu sejak kecil sudah diajak prihatin oleh sang kakek.