Sesudah bercerita biasanya bapak membaca cerpen Bobo atau rubrik lain di majalah Bobo. Â
Saat seperti itu biasanya saya duduk di samping bapak dengan penuh rasa ingin tahu, berharap bapak mau bercerita tentang cerpen tersebut.
"Bagus ya Pak? " Tanya saya.Â
Bapak tersenyum, "Apik. Makanya pinter baca, biar tahu ceritanya," goda bapak.
Sungguh, sejak itu saya makin semangat belajar membaca. Hingga saat masih kelas nol saya sudah mulai bisa membaca. Â
Saya benar-benar ingin bisa membaca cerpen cerpen yang ada di Bobo seperti bapak.Â
Waktu terus berjalan kegemaran membaca saya kian menjadi. Seperti bapak saya suka membaca cerita fiksi dan sejarah. Kami sering terlibat pembicaraan tentang berbagai cerita yang habis kami baca.
Masuk SMP, buku yang saya baca semakin banyak. Buku-buku Enid Blyton, Tintin, Alfred Hitcock, Karl May, Kosasih dan banyak lagi.Â
Senangnya, bapak selalu ikut membaca buku-buku saya dan sesudahnya kami obrolkan bersama. Â
Biasanya yang menjadi bahan obrolan kami adalah pelajaran yang ada di dalam buku tersebut atau hal-hal yang lucu.
Kegemaran membaca akhirnya menurun juga pada anak- anak saya. Mungkin karena setiap hari mereka sering melihat ibuk atau bapaknya membaca.