Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sudahkah Sekolah Kita Bebas dari Bullying?

23 September 2021   10:16 Diperbarui: 24 September 2021   07:42 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels

Bullying atau perundungan adalah hal yang sering terjadi di dunia sekolah. Kerap kali guru maupun orangtua tidak tahu bahwa putra-putrinya menjadi korban bullying.

Ada banyak alasan yang menyebabkan korban tidak mau bercerita. Salah satunya adalah takut jika bullying yang menimpa dirinya semakin menjadi jika sampai diketahui oleh guru atau orangtua.

Sebagai orangtua atau guru kita harus lebih peka jika anak menunjukkan gejala-gejala mengalami bullying, karena jika dibiarkan terus --menerus bullying akan membawa akibat negatif baik bagi fisik maupun mental korbannya.

Juga bagi pelaku jika dibiarkan terus-menerus akan membuat ia merasa 'biasa'melakukan bullying dan akhirnya tumbuh menjadi manusia yang cenderung melakukan tindak kejahatan.

Dalam tulisan ini saya akan memberikan illustrasi tentang dua siswa yaitu Adib dan Roni.

Cerita Tentang Adib

Adib menunduk dengan mata berkaca-kaca. Ia pura-pura sibuk dengan buku pekerjaannya. Sementara teman-temannya bergerombol di belakang sambil tersenyum senyum. 

"Ini Dib.. , Kaosmu tadi jatuh dekat pot," kata Tio sambil tersenyum jahil. Adib menerima kaos olah raga yang sejak tadi dicarinya lalu memasukkannya ke dalam tas.

"Eh, jangan begitu.. Keceng nanti nangis lho..," terdengar suara salah seorang anak.

Cekikikan teman-teman di belakang semakin kentara. Adib memang memiliki badan lebih kurus dari rata rata temannya.

Ya, Adib sudah hafal. Tiap habis olah raga selalu ia dijahili teman-temannya. Pernah sepatu disembunyikan, kotak makan atau baju olah raga seperti hari ini. Adib sungguh berharap ibu guru tahu dan menghentikan aksi teman temannya. Untuk melapor, hhh...., Adib takut, jangan jangan ia jadi semakin dimusuhi teman sekelas.

Cerita tentang Roni

Roni benar benar tidak bisa menikmati hari-hari pertamanya di sekolahnya yang baru. Ia bingung. Saat pendaftaran kegiatan ekstrakurikuler ia agak terlambat karena terkendala sakit.

Akhirnya kuota semua ekstrakurikuler habis dan sesuai ketentuan yang tidak kebagian kuota harus masuk ke ekstrakurikuler yang masih mempunyai tempat kosong. Roni pun masuk sebuah kegiatan ekstra yang terkenal akan kedisiplinannya dalam baris berbaris. 

Satu bulan mengikuti kegiatan Roni sudah mulai merasakan ketidaknyamanan. Bentakan dan hukuman untuk melatih disiplin bagi Roni adalah sesuatu yang sangat menyiksa.

Jiwa seninya tidak bisa menerima semua itu. Sebelum masuk ekstra ini sebenarnya ia mendaftar ekstra melukis.

Merasa tidak cocok dengan kegiatan yang dipilih, Roni akhirnya sering terlambat, dan celakanya hukuman untuknya semakin banyak. Entah lari keliling lapangan atau push up.

Teman-teman satu ekstra mulai menjauhinya dan menganggap Roni lembek, tidak disiplin dan macam macam predikat yang lain. Tiap bertemu Roni mereka sepakat untuk tidak menyapanya.

Kian lama ketidaknyamanan Roni berimbas pada malas masuk sekolah terutama hari- hari ketika ada kegiatan ekskul.

Ibu Roni heran, anaknya jadi sering sakit akhir-akhir ini, dan harinya tetap yaitu hari Rabu dan Jumat. Setelah ditanya lebih jauh akhirnya ibu Roni faham duduk permasalahannya,dan segera berusaha menyelesaikan masalah anaknya dengan pihak sekolah.

Hal yang menimpa Adib dan Roni di atas adalah contoh bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. 

Bullying adalah tindakan mengintimidasi dan memaksa seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar kehendak mereka, dengan maksud untuk membahayakan fisik, mental atau emosional melalui pelecehan dan penyerangan.

Ada empat macam tindakan bullying yang sering terjadi pada siswa:

1. Bullying fisik, ini adalah bullying yang paling jelas. Pelaku melakukan tindakan tertentu pada korbannya. Misal menendang, memukul, mencekal kerah baju dan lain-lain.

2. Bullying verbal adalah bullying dengan kata-kata misal menyebut dengan sebutan yang tidak disukai: bodoh, gendut, keceng dll

3. Bullying mental, pelaku melakukan tindakan yang menyakitkan bukan dengan serangan fisik, tapi dengan perbuatan. Contoh, memandang dengan sinis, mengucilkan.

4. Bullying cyber, tindakan menyakiti orang lain lewat media elektronik. Contoh: membuat rekaman video atau foto untuk mengintimidasi korban, pencemaran nama baik lewat media sosial. Cyber bullying banyak menimpa anak anak sejarang karena di saat pembelajaran daring mereka lebih bebas menggunakan HP.

Dalam contoh di atas Adib mengalami bullying fisik dan verbal sedangkan Roni mengalami bullying mental.

Jika dibiarkan terus menerus bullying dapat menyebabkan menurunnya rasa percaya diri dan depresi, hingga risiko bunuh diri pada korbannya. Bahkan dampak bullying bisa terus terbawa hingga mereka dewasa. 

Efek bullying yang lain adalah timbulnya berbagai keluhan fisik, contohnya sakit kepala, sakit perut, otot jadi tegang, palpitasi atau jantung berdetak kencang.

Beberapa tanda bahwa siswa menjadi korban bullying adalah:

1. Enggan pergi ke sekolah
2. Sering mengeluh sakit perut, dan sakit kepala apalagi saat menjelang berangkat sekolah.
3. Sering cemas dan pucat sesudah melihat HP.
4. Malas berteman, cenderung menyendiri.
5. Sering ada bekas luka di tubuh siswa
6. Sulit tidur di malam hari karena gugup dan cemas.
7. Menurunnya prestasi akademik.

Jika ada tanda-tanda seperti itu atau laporan siswa bahwa ia mengalami bullying, guru harus segera menangani dengan serius.

Adalah sangat perlu berbicara dengan korban maupun pelaku secara terpisah. Pada korban diberikan empati dan diberi petunjuk untuk menolak dan membela diri jika dibully teman- temannya.

Sedangkan pada pelaku baik perorangan maupun kelompok harus diberi pengertian bahwa tindakan mereka salah dan harus menerima segala konsekwensinya. 

Peran orangtua dalam mengatasi bullying, Sumber gambar: orami
Peran orangtua dalam mengatasi bullying, Sumber gambar: orami

Peran orangtua juga sangat penting dalam hal ini. Orangtua harus bisa mengajak siswa terbuka bercerita jika ada masalah di sekolah, juga segera melaporkan jika putra-putrinya mengalami bullying.

Apakah bullying hanya bisa dilakukan antar siswa? Tidak juga. Kadang guru secara tidak terasa melakukan tindakan ini. Misal dengan mengatakan suatu hal yang bisa mempermalukan siswa di depan kelas. Guru harus benar-benar bijak saat berkomunikasi dengan siswa di dalam maupun di luar pembelajaran. 

Ilustrasi sekolah yang menyenangkan, Sumber gambar: Liputan 6.com
Ilustrasi sekolah yang menyenangkan, Sumber gambar: Liputan 6.com

Adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan menyenangkan di sekolah. Tanpa bullying suasana belajar di sekolah akan lebih kondusif sehingga siswa sebagai generasi penerus bisa belajar dengan baik dan mengembangkan diri secara maksimal. 

Salam edukasi.

***

Arti istilah:
Keceng: kurus
Sumber bacaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun