Cerita tentang Roni
Roni benar benar tidak bisa menikmati hari-hari pertamanya di sekolahnya yang baru. Ia bingung. Saat pendaftaran kegiatan ekstrakurikuler ia agak terlambat karena terkendala sakit.
Akhirnya kuota semua ekstrakurikuler habis dan sesuai ketentuan yang tidak kebagian kuota harus masuk ke ekstrakurikuler yang masih mempunyai tempat kosong. Roni pun masuk sebuah kegiatan ekstra yang terkenal akan kedisiplinannya dalam baris berbaris.Â
Satu bulan mengikuti kegiatan Roni sudah mulai merasakan ketidaknyamanan. Bentakan dan hukuman untuk melatih disiplin bagi Roni adalah sesuatu yang sangat menyiksa.
Jiwa seninya tidak bisa menerima semua itu. Sebelum masuk ekstra ini sebenarnya ia mendaftar ekstra melukis.
Merasa tidak cocok dengan kegiatan yang dipilih, Roni akhirnya sering terlambat, dan celakanya hukuman untuknya semakin banyak. Entah lari keliling lapangan atau push up.
Teman-teman satu ekstra mulai menjauhinya dan menganggap Roni lembek, tidak disiplin dan macam macam predikat yang lain. Tiap bertemu Roni mereka sepakat untuk tidak menyapanya.
Kian lama ketidaknyamanan Roni berimbas pada malas masuk sekolah terutama hari- hari ketika ada kegiatan ekskul.
Ibu Roni heran, anaknya jadi sering sakit akhir-akhir ini, dan harinya tetap yaitu hari Rabu dan Jumat. Setelah ditanya lebih jauh akhirnya ibu Roni faham duduk permasalahannya,dan segera berusaha menyelesaikan masalah anaknya dengan pihak sekolah.
Hal yang menimpa Adib dan Roni di atas adalah contoh bullying yang terjadi di lingkungan sekolah.Â
Bullying adalah tindakan mengintimidasi dan memaksa seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar kehendak mereka, dengan maksud untuk membahayakan fisik, mental atau emosional melalui pelecehan dan penyerangan.