Dalam kehangatan dan aroma melati bapak seolah hadir. Â Seolah mengingatkan Menik untuk tidak terus tenggelam dalam kesedihannya. Â Ya, Â adik, ibunya juga merasakan kesedihan yang sama. Â Menik tersedu.
"Mbak? " bisik Titis.
Menik segera meraih adiknya dalam pelukan. Â Titis melakukan hal yang sama. Â Keduanya meneteskan air mata untuk sebuah alasan yang sama.Â
Sungguh, Â waktu yang perlahan akan menghapus segala duka itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!