Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Waktu yang Akan Menghapus Segala Duka Itu

22 Agustus 2021   14:23 Diperbarui: 22 Agustus 2021   14:32 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun demi tahun berlalu.Hingga akhirnya tiba saat wisuda. Bapak,  Ibuk dan adik datang ke Jogja. 

Barangkali itu wisuda terakhir di masa sebelum pandemi. Beberapa bulan sesudahnya pandemi mulai merambah negeri dan Menik diminta segera pulang.  Beberapa teman Menik berstatus ODP bahkan PDP. 

Satu dampak pandemi adalah bisa berkumpul kembali dengan orang orang tercinta di rumah. Keakraban terjalin kembali,  apalagi bapak dan ibuk harus wfh. Juga adiknya yang duduk di SMA.

Kemurahan Tuhan menyatukan kembali keluarga kecil itu dalam kehangatan.

Manusia terus berjalan dengan takdirnya tanpa mengetahui rencana apa yang dibuat oleh Sang Maha Segalanya.  Tiba-tiba saja sore itu penyakit jantung bapak kambuh. Sebenarnya sudah beberapa hari bapak mengeluh masuk angin.  Tapi selalu diabaikan tiap diajak periksa ke dokter.  "Tidak usah,  dikerok i saja Nduk, " kata bapak pada Menik. 

Akhirnya sore itu Menik. ibuk dan adiknya membawa bapak ke UGD.  Tapi apalah daya, manusia boleh berusaha tapi Tuhan yang punya segalanya. 

Dalam perjalanan bapak tiada.  Semua begitu cepat.  Tidak ada firasat apa-apa sebelumnya,  bahkan tadi pagi mereka:Menik,  Ibuk dan Bapak masih menggoda adik yang rupanya mulai jatuh hati pada teman sekolahnya.

Dunia Menik seakan runtuh.  Bertiga mereka berdiri di depan pusara setelah saudara dan para pelayat pergi.  Menik merasakan tiupan angin begitu dingin. Gemerisik daun yang tertiup angin menambah suasana terasa sendu.  Mereka mempererat pelukan. 

Masih terngiang ucapan para pelayat.  Sabar ya...,

Yang kuat ya...,

Kamu anak pertama,  harus bisa menguatkan adikmu..,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun