Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Saya Sudah Bisa Ikut Pembelajaran, Bu Guru..."

9 Agustus 2021   06:22 Diperbarui: 9 Agustus 2021   06:43 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terima kasih untuk kehadirannya hari ini anak-anak, tetap jaga kesehatan dan tetap semangat belajar!" kata Bu Sri menutup pembelajaran hari itu.

"Terima kasih,  Bu,"

"Terima kasih, Bu Sri, " sahut anak-anak bergantian sebelum leave meeting.

Layar sepi.  Ketika semua siswa sudah keluar Bu Sripun menutup meeting hari itu. 

Bu Sri cepat-cepat membuka HPnya yang berkali-kali bergetar sejak tadi.  Rupanya ada beberapa pesan masuk.  Pandangannya langsung terpaku pada satu pesan. Dari Bu Titik, guru BK kelasnya.

Dengan cermat dibacanya pesan yang lumayan panjang itu.  Seulas senyum langsung mengembang di wajahnya. Cepat-cepat ditelpnya Bu Titik.

"Alhamdulillah, berarti Bastian sudah bisa ikut daring minggu depan, " kata Bu Sri pada Bu Titik di telepon.

"Alhamdulillah Bu, nanti  HPnya akan diantar ke rumah saya Minggu pagi. Hari Senin dua anak itu dan orang tuanya kita panggil ke sekolah sebentar untuk menerima HP.  Cukup saya dan Ibu saja yang tahu ya.. Donaturnya tidak mau diketahui, " kata Bu Titik lagi.

"Alhamdulillah,  siap Bu! " jawab Bu Sri senang. Betapa tidak? Bastian yang tidak bisa ikut pembelajaran gara-gara ketiadaan perangkat tiba-tiba mendapatkan donatur yang akan memberi HP untuk pembelajaran daring.Sungguh,  masih banyak orang baik di dunia ini,  pikir Bu Sri. 

"Meski bukan merek mahal,  yang penting bisa untuk ikut pembelajaran Bu, " tambah Bu Titik

"Oh tentu saja,  ada  yang mau membelikan itu sudah bagus sekali, " jawab Bu Sri senang.

Ingatan Bu Sri tiba tiba terlempar pada tiga bulan silam.  Saat itu sekitar jam sepuluh pagi dua orang masuk ke lobi sekolah. Seorang wanita dan anak usia tiga belasan.

"Monggo, silakan duduk, " kata Bu Sri ramah. 

"Bagaimana kabarmu, Bastian? " Bu Sri tersenyum ke arah  ke arah Bastian. Yang ditatap langsung menunduk. Ada rasa takut di wajahnya. Tentu saja, dua minggu ia tidak mengikuti pembelajaran tanpa memberikan kabar

Bu Sri langsung mengalihkan perhatian pada wanita yang duduk di sebelahnya.

"Perkenalkan saya Bu Sri wali kelas 8A. Ibu orang tua Bastian? " tanya Bu Sri setelah semuanya duduk.  Bunyi jam dinding seolah mencoba mencairkan kekakuan suasana saat itu. 

"Maaf Bu, saya buliknya, "kata wanita itu. Bastian semakin menunduk.

"Oh ya?  Orang tua Bastian tidak di sini? " tanya Bu Sri lagi.

"Ada Bu,  tapi sejak kelas 7 ia ikut saya, " kata wanita itu lagi.

"Kenapa Bastian tidak ikut orang tuanya? " tanya Bu Sri pelan. 

Banyak masalah seperti ini,  anak dititipkan pada saudara sementara orang tua sibuk bekerja.

"Saudara Bastian banyak Bu, dia anak kedua dari lima bersaudara.  Adiknya yang paling kecil belum satu tahun. Di rumahnya tidak ada HP,  karena itu dia saya minta tinggal di rumah saya supaya bisa ikut belajar."

"Memakai HP Ibu? " tanya Bu Sri lagi.

"Iya, Bu,  tapi mohon maaf HP saya rusak beberapa hari ini,  akhirnya Bastian  tidak bisa ikut pembelajaran."

Bu Sri mengangguk faham.  Ada beberapa masalah yang serupa. 

Akhirnya supaya tidak ketinggalan pelajaran sejak saat itu Bastian  belajar di labkom sekolah  bersama seorang temannya. 

Seiring berjalannya waktu, hubungan Bu Sri dengan bulik Bastian semakin akrab. Segala masalah yang berkaitan dengan sekolah Bastian selalu dikomunikasikan Bu Sri pada bulik. Meski punya satu anak kecil, bulik sangat perhatian pada sekolah Bastian.

Pada mulanya semua berjalan lancar. Sampai akhirnya pandemi mulai menggila, dan sejak awal tahun ajaran baru siswa tidak boleh datang ke sekolah karena penerapan PPKM. 

Bastian tidak muncul lagi dalam pembelajaran dan bulikpun tidak bisa dihubungi. Ah, pasti rusak lagi HPnya, pikir Bu Sri. Dua kali pertemuan Bastian tak pernah hadir, dan ini cukup membuat para guru bertanya-tanya

Sampai akhirnya datanglah keajaiban itu.  Seperti yang diceritakan Bu Titik pagi ini, ada donatur yang mau memberikan sumbangan HP  untuk pembelajaran bagi anak-anak yang bermasalah dengan perangkat.

Subhanallah..Akhirnya teratasi juga masalah anak-anak,  bisik hati Bu Sri terharu. 

Jam sudah menunjukkan pukul 13.00. Suasana sekolah demikian sepi. Sejak pukul 12 tadi beberapa guru sudah pulang. Di masa PPKM ini hanya sepuluh guru yang masuk tiap hari secara bergantian.

Sesudah sholat Dhuhur Bu Sri segera mengemasi buku-buku dan laptopnya. Tiba-tiba sebuah pesan whatsapp masuk. Dari nomor yang tak dikenal.

"Assalamualaikum Bu,  saya Bastian 8A,"

Bastian? Kebetulan! Betapa inginnya Bu Sri menyampaikan berita gembira ini. 

"Waalaikum salam  Le, ada apa? " jawab Bu Sri senang.

"Bu,  saya ingin mengerjakan kekurangan tugas saya di akhir kelas 8 kemarin.. ,"

Bu Sri merasa ada yang aneh.  Tumben Bastian minta tugas yang belum  dikerjakan? Sekarang ia sudah duduk di kelas 9 pula.

"Bastian, sudah ada HP untuk pembelajaran? " tanya Bu Sri sedikit keluar dari topik pembicaraan.

"Sudah Bu, ini  nomor saya "

"Alhamdulillah, sudah dibelikan? "

"Hp bulik Bu, sekarang saya pakai. Bulik saya sudah tidak ada.., "

Deg... Bu Sri tiba-tiba merasa tangannya gemetar.

"Bulik yang kesini dulu itu? Apa maksudnya 'tidak ada'..? " tanya Bu Sri memastikan.

"Benar Bu, Bulik sedo delapan hari yang lalu..,  dan HPnya diberikan pada saya untuk belajar,  saya mau rajin belajar Bu, biar bulik bangga sama saya.., "

Bu Sri tercekat membaca jawaban itu. Lama ia terdiam. Ya,  Bu Sri tidak tahu harus menjawab apa. Hari ini benar-benar hari yang penuh kejutan baginya. 

Suasana sekolah semakin sepi. Seekor burung kecil berlompatan sendiri di lapangan depan sekolah. Ia tampak kebingungan dan berusaha mencari teman-temannya. Sementara itu, suara sirine ambulan yang berkali-kali lewat di depan sekolah membuat suasana siang terasa begitu mencekam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun