Suatu saat dalam pengayaan materi bilangan bulat, saya menayangkan soal berikut di depan kelas:
Urutan hari berdasarkan pasaran kalender Jawa adalah Wage, Kliwon, Legi, Pahing, dan Pon. Jika hari ini adalah Minggu Pahing, 31 Agustus 2011, jatuh pada hari apakah 2012 hari lagi?
Siswa tertawa dan memberikan tanggapan yang beragam, "Bukankah dengan melihat kalender di HP bisa, Bu?", tanya seorang siswa.
"Oh, tentu, tapi pembelajaran kita kali ini tidak menggunakan HP," jawab saya.Â
Dalam beberapa materi misal statistika, saya memperbolehkan siswa menggunakan HP, tapi di beberapa materi yang lain tidak.
Bagi siswa yang suka matematika pasti akan tergelitik, dan mulai mengambil buram untuk membuat hitungan. Bagi yang tidak suka? Mereka akan saling memandang dan akhirnya pada kesimpulan, "ah soal gak jelas itu"...he.. he..
Bagaimana cara menyelesaikan soal tersebut?
- Cari KPK 5 (banyak weton) dan 7 (banyak hari), yaitu 35
- 2012: 35 = 57 sisa 17
- 17 hari setelah Minggu Pahing adalah Rabu Wage
Soal di atas adalah salah satu soal olimpiade matematika. Lantas, apa yang membedakan soal olimpiade matematika dengan soal matematika biasa?
Soal olimpiade memerlukan penalaran yang lebih, kadang untuk mencari solusinya diperlukan beberapa konsep matematika.
Coba kita bandingkan dua soal berikut:
- Tentukan hasil dari 2^4 +3^2 +5^3
- Berapakah angka satuan dari 2^2020?
Yang pertama adalah soal matematika biasa yang kedua soal olimpiade. Meskipun materinya sama yaitu bilangan berpangkat namun terasa berbeda, bukan?