"Bagaimana kau bisa tahu? "
"Aku selalu memperhatikan gerakanmu. Â Senang sekali melihat orang yang menari dengan penuh penghayatan. Â Sebaliknya kalau menari asal-asalan aku tidak suka... Â Kasihan penciptanya, " lanjut Sofia.
"Iya juga sih.., " Â Deniar merasakan kebenaran dalam kata kata Sofia.
Mbak Sinta pernah menerangkan bahwa tarian selalu mengandung tiga unsur yaitu wiraga (gerakan badan), wirasa( perasaan) dan wirama ( irama) yang ketiganya harus tampil utuh untuk menyampaikan pesan yang hendak disampaikan pencipta tari. Sebuah hal yang tidak mudah bagi seseorang untuk menciptakan sebuah tarian. Karena itu tidak adil rasanya jika kita membawakan sebuah tarian secara asal-asalan.
"Sampai jumpa besok di pementasan ya.., Â aku pasti menonton, " kata Sofia membuyarkan lamunan Deniar. Sofia melambaikan tangan dan segera meninggalkan Deniar sendirian.
Tiba tiba Sisil sudah ada di sebelahnya. Â "Ngomong sama siapa Deniar? " tanya Sisil heran.Â
"Sofia, Â anak kelas tari Jawa, kami baru kenalan, " kata Deniar sambil terus berjalan ke ruang latihan. Â Tiba-tiba Sisil mencengkeram lengan Deniar erat-erat.Â
"Sofia? "desis Sisil pelan. Â Deniar menoleh ke Sisil dengan heran. Tampak Sisil agak pucat.
"Kenapa? " tanya Deniar heran.
"Deniar... Nama hantu anak kecil itu Sof... Sofia, " kata Sisil terbata-bata. Â Tiba-tiba Deniar merasa ada yang berdesir dalam hatinya.Â
"Den.. Deniar, Â jadwal kelas tari Jawa besok... Bukan sekarang.., "tambah Sisil dengan suara bergetar. Â Deniar terkesiap.