Mohon tunggu...
Yuli Rahmawati
Yuli Rahmawati Mohon Tunggu... Freelancer - Fakultas Hukum, UNILA

Sedang Berproses Mencari Jati diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selangkah Maju di Tahun Baru

7 September 2021   12:03 Diperbarui: 7 September 2021   12:06 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"kalo gitu saya pergi dulu ya, masih ada urusan.."

"oke, hati-hati kau."

"beliau itu bukannya pelukis yang terkenal itu kek? Yang karyanya udah sampe ke Amrik kan, yang sempet viral di TV juga kan kek?" Tanya ku penasaran.

"iyaa han.. kalo soal viral semangat ya..besok katanya dia mau gelar pameran di alun-alun."

"bisa aja si kek..besok berarti kita harus dateng kek, kan enggak enak kalo nolak.."

"hahaha... iya-iya kalo itu han."

            Kek Dahlan memang punya banyak kenalan. Seperti pelukis terkenal yang bernama Hendriawan lio. Walau sudah lanjut usia tetapi kecakapannya dalam melukis memang cukup diacungi jempol. Karya-karya lukisan klasiknya bahkan telah mendunia dan telah dilirik orang mancanegara. Aku dan Kek Dahlan berkesempatan untuk melihat-lihat karyanya yang apik di Balai Aksara yang juga dekat dengan alun-alun.

" apa rahasianya bapak bisa melukis seindah ini pak?, ini bagus banget lo pak..."

"enggak ada rahasianya kok nak, bapak hanya melukis sesuai nurani bapak dan menuangkannya di kertas lukis."

Sepenggal cerita namun sangat bermakna bagiku. Menurut beliau melukis itu tidak asal menggambar namun juga harus dijiwai dengan sepenuh hati. Menurutnya melukis adalah seni dan jati diri. Bila kita menekuninya lambat laun kita akan mengerti apa yang tengah diinginkan dengan jiwa ini.

            Sekitar tiga puluh tiga lukisan yang terlihat dipamerkan di Balai Aksara, semuanya adalah lukisan karya Hendriawan Lio itu. Aku hanya bisa menggangguk-angguk saja tatkala beliau bercerita, memang butuh pemahaman lebih jika sang pelukis bercerita karena bahasanya yang sudah tingkat tinggi menurutku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun