Akibat tidak mau memahami dan tidak mau mendengarkan, tentu saja akan terjadi kegiatan-kegiatan yang salah sasaran. Masyarakat merasa sakit, disisihkan dan terpinggirkan. Orang asli papua tidak hanya tercerabut akar budayanya, identitasnya, tapi juga terancam eksistensi dan ekosistemnya. Hal ini sudah terjadi, dan sudah banyak teman-teman papua mengungkapkan. Namun apakah kita, lagi-lagi, mau mendengarkan.
Ibarat mereka sudah teriak-teriak minta tolong akan tenggelam, Anda pun tetap tam peduli. Mereka sudah mau MATI !Sementara anda sibuk dengan teori Anda sendiri, merancang kapal penyelamat.Â
Bahkan kini Jakarta merancang pembangunan infrastruktur di papua.Â
Hebat? Secara fisik ya. Tapi untuk apa ? Untuk siapa ? Rakyat papua tidak butuh jalan, wong mereka tak punya apa-apa, tak punya modal, hasil hutan, apalagi kendaraan ! Hebat ? Ya, untuk mempercepat pemusnahan orang papua !
Sekarang sebagian besar orang papua hanya bisa bertahan dari lapar. Sebagian berfikir bagaimana anak-anak mereka tetap bisa bertahan ditengah proses kepunahan. Dus, karena Jakarta tidak mau mendengarkan !
Teriakan-teriakan sudah banyak disuarakan. Bahkan seorang anggota DPR yang baru dilantik pun menangis karena rakyat Indonesia tak punya hati ditengah derita saudaranya.
Tidak salah jika rakyat Papua kemudian menyebut Indonesia itu penjajah.Â
Karena Indonesia tak mau mendengarkan dan membuat kemusnahan orang asli papua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H