Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Wisata Sadar Sampah, Peluang dari Barang Terbuang

18 Februari 2018   23:03 Diperbarui: 19 Februari 2018   09:48 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daun pisang muda digunakan untuk membungkus atau lapisan lemang dan lapek bugih. Ada juga kita temui daun pisang yang sudah tua, menguning, dan kering digunakan untuk membungkus galamai payakumbuh, kipang kacang, dan saka dari tebu. Istilahnya daun karisik. Kita juga menemui daun pisang digunakan untuk menjadi payung ketika orang berjalan di tengah hujan yang turun membasahi bumi.   

Yang tidak kalah pentingnya adalah pelepah pisang. Di samping untuk membukus saka gulo anau, pelepah pisang juga dimanfaatkan sebagai tali pengikat. Barang-barang kecil terutama jajanan yang diceritakan di atas diikat dengan tali pelepah pisang. Caranya, pelepah pisang itu dipisahkan kira-kira 1 cm dan selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari. Setelah kering, tali pelepah pisang dapat digunakan.

Kadang-kadang ketika kita sedang asyik bermain sepak tekong atau main gasing atau main kampar (ada juga yang menyebutnya main gundu) maka ada teman yang memanfaatkan tali pelapah pisang ini. 

Terutama bagi kawan-kawan yang menggunakan tali untuk mengikat pinggang celananya. Dengan tergesa-gesa, kawan tersebut merenggutkan pelepah pisang yang sedang tumbuh berdiri dan memisahkan pelepah pisang itu kira-kira 1 cm. Setelah itu langsung dipakaikan di pinggangnya untuk mengeratkan celananya yang sering melorot ketika gundunya dilemparkan dalam permainan kampar tersebut. Kalau dingat-ingat---lucu juga rasanya.

Pembungkus dan tali pengikat hanya dimanfaatkan sekali pakai. Setelah itu dibuang sembarangan tempat dan akhirnya menjadi sampah. Malahan ada yang membuangnya ke sungai. Karena dia bersifat organik dan mudah membusuk. Lama kelamaan sampah tersebut mengalami proses penguraian. Sampah tidak menjadi permasalahan pada masa itu. Apalagi ketika itu, jumlah penduduk relatif tidak tidak terlalu banyak. Jumlah timbulan sampah belum mengganggu keasrian lingkungan.

Sayangnya membuang sampah sembarangan bahkan ke sungai telah terlanjur menjadi kebiasaan yang tidak dapat dielakkan.  Bahkan pada saat sekarang, kebiasaan tersebut dengan kasat mata kita ditemui di sekitar kita.

Memasuki masa tahun 1990-an, kehadiran sampah dirasakan mulai mengganggu kehidupan manusia. Kebiasaan membuang sampah sembarangan turut berkontribusi negatif terhadap permasalahan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Hal ini dibuktikan oleh Padang Ekspres (2017), yang menampilkan foto ukuran setengah halaman dan terkesan mencolok dengan keterangan gambar :

Sampah Kiriman Kotori Pantai Padang. Anak-anak bermain di antara tumpukan sampah di pinggir Muaro Lasak, Pantai Padang, Minggu (26/11/2017). Pantai Padang kembali dapat kiriman dari hulu sungai setiap kali curah hujan tinggi.

Berita ini diperkuat lagi oleh Padang Ekspres (2017) yang menampilkan foto setengah halaman dengan keterangan gambar:

SAMPAH MENUMPUK: Warung dan pantai di sekitar Pantai Muaro Lasak terlihat sepi setelah ramai pengunjung saat libur Natal yang berakhir Selasa (26/12). Sampah yang dihanyutkan air sungai dari hulu saat hujan beberapa hari lalu masih menumpuk di sepanjang pantai hingga Kamis (28/12).

Dari waktu ke waktu, timbulan sampah semakin meningkat volumenya. Untuk timbulan sampah di Kota Padang, Harian Haluan (2016), memberitakan bahwa volume sampah bertambah hingga 20 persen. Hal ini dipicu oleh meningkatnya sampah pasar dan sampah rumah tangga. Bila biasanya sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir TPA Aia Dingin Padang sebesar 400-500 ton per hari, kini menjadi 550-600 ton per harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun