"T... tidak!" Aku bergerak mundur menjauhinya, dan tubuhku membentur kaca jendela.Â
Aku melihat ke luar; ke arah jembatan kecil itu untuk berteriak meminta pertolongan.Â
Dan sepotong ingatan tiba-tiba merasuki pikiranku.Â
Saat sepeda motor yang kukendarai sepulang bekerja tergelincir di atas aspal licin bekas air hujan, dan kepalaku yang tak terlindungi apa-apa membentur pagar rendah pembatas jembatan dan tercebur ke dalam sungai berarus deras di bawahnya. Â
"Sudah ingat kembali?" Hantu perempuan itu mendekatiku. "Jadi, kau mau kan, tinggal di sini menemaniku?"
 Aku melihat ke luar, ke arah keramaian yang masih terjadi di bawah sana.Â
Di mana sang dukun berbaju hitam masih menabur-naburkan sesuatu ke segala arah, diiringi teriakan-teriakan kelegaan warga yang merasa senang karena jembatan yang biasa mereka lalui itu kembali tenang dan aman seperti sediakala.
Lalu kutatap pantulan wajahku pada kaca jendela bertirai kusam ini.Â
Wajah pucat dengan kedua mata cekung dan kepala berlumuran darah kering.
Kemudian aku menoleh kepada sang hantu.Â
Dan mengangguk.