"Nggak!" Mima menggeleng kuat-kuat. "Nggak mau!"Â
"Kita kan hendak pergi ke rumah Nenek di kampung. Yuk, kita lanjutkan perjalanan kita," bujuk nenek.Â
 Dan mendadak ingatan Mima terisi dengan gaung suara klakson kereta api yang dibunyikan berkali-kali dengan nada panjang nyaris putus asa, sebelum akhirnya suara benturan keras itu mengguncang gendang telinganya dan melontarkan tubuhnya memasuki alam ketidaksadaran.
 Mima menunduk memerhatikan sekujur tubuhnya; kemudian meraba wajahnya.  Dan menatap kupu-kupu hitam di hadapannya yang bergeming di dinding.
Ia mengerti sekarang, siapa sebenarnya tamu berwajah seram yang dibawa oleh kupu-kupu itu.
Mima mengangkat lengannya yang kotor berlumuran darah kering; menyambut uluran tangan nenek, dan bertanya, "Kita... sudah meninggal ya, Nek?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H