"Pernah." Nenek mengerutkan kening. "Tetapi waktu itu, sampai dua hari setelah kupu-kupu hitam itu masuk ke rumah, tak ada satupun tamu yang datang."
 "Lho, berarti salah dong Nek, mitosnya?" tanya Mima.
 "Tidak salah." Nenek menggeleng. "Karena sebenarnya tamunya sudah datang. Hanya saja Nenek tidak bisa melihatnya, karena Nenek saat itu sudah besar. Yang bisa melihatnya hanyalah adik Nenek yang masih kecil. Pantas saja selama dua hari itu dia selalu ketakutan dan terus menangis."
 Mima tercengang. "Maksud Nenek?"
 "Tamunya... bukan manusia," bisik Nenek. "Ia arwah penasaran yang kebetulan masuk ke rumah. Ruh orang meninggal yang tersesat."
 "Iiih... seram, Nek!" Mima bergidik. "Mima nggak mau kedatangan kupu-kupu hitam!"
 Nenek tertawa dan memeluk Mima. "Jangan takut, Mima. Lagipula kejadian yang dulu itu mungkin hanya kebetulan saja."
Mima menyesal tak sempat bertanya lebih lanjut lagi kepada Nenek karena beliau keburu meninggal dunia. Â Dan sekarang batinnya dipenuhi pertanyaan. Bagaimana jika mitos itu benar, dan bukan sebuah kebetulan belaka? Bagaimana jika kupu-kupu hitam yang sudah dua hari hinggap di dinding kamar ini adalah pertanda datangnya sesuatu yang menyeramkan?
Dan baru saja ia berpikir begitu, mendadak suara jerit panjang melengking terdengar tepat di belakangnya.
Sontak Mima membalikkan badan dan nyaris pingsan terkejut ketika melihat sosok seorang anak laki-laki dengan wajah pucat berdiri kaku di ambang pintu.
Dan tiba-tiba sebuah sosok lain datang menghampiri. Sosok wanita berambut panjang dengan gaun putih.