Mohon tunggu...
Yuhana Kusumaningrum
Yuhana Kusumaningrum Mohon Tunggu... Penulis - Manusia

Tamu di Bumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dejavu

19 Februari 2020   09:00 Diperbarui: 19 Februari 2020   09:05 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hmm. Benar juga, ya." Sasha mengangguk.

Sasha menghentikan langkahnya di ujung gang sempit itu. Ia menatap sepasang sepatunya yang berdiri di atas aspal jalan yang panas, dengan lubang-lubang rusak yang sangat dikenalnya, lalu pagar-pagar rumah di sekelilingnya, dan sinar matahari yang menyilaukan mata.

Apa yang dikatakan Indira kemarin malam memang masuk akal. Tetapi, kalau peristiwa aneh kemarin itu memang diakibatkan oleh kesalahan dalam aktivitas otaknya, lalu mengapa saat ini ia masih bisa merasakannya? Mungkinkah otak dapat melakukan dua kali kesalahan yang sama berturut-turut? Memberikan rasa familier di saat ia berada di lokasi yang tepat sama dalam selang waktu sehari saja?

Demi menuntaskan rasa penasaran, Sasha memutuskan untuk memasuki gang itu. Mungkin jika ia menyusurinya, ia akan ingat sesuatu. Sesuatu yang bisa menjelaskan tentang perasaan dejavu yang aneh ini.

Gang sempit yang sepi itu dibatasi oleh dinding tinggi di sebelah kiri, dan deretan pintu rumah-rumah petak kecil di sebelah kanan.

Suara televisi, suara celotehan keras, dan suara musik yang diputar dalam volume maksimal, berbaur dengan suara tangis anak kecil yang merengek minta sesuatu pada orang tuanya. Suasana yang entah bagaimana penjelasannya, terasa sangat tidak asing bagi Sasha.

Langkahnya berakhir di depan sebuah pintu berwarna biru kusam yang catnya telah mengelupas di sana sini.

Sebatang sapu ijuk bertangkai panjang yang tersandar di dinding memerangkap matanya. Membuka paksa pikirannya untuk masuk ke dalam adegan demi adegan yang memuakkan dan memualkan.

"Maafkan aku Ayah, aku tidak sengaja memecahkan piring ituu!"

"Rasakan kamu, anak durhaka! Rasakan pedihnya gagang sapu ini!"

"Sakit, Ayah! Sakiiitt!!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun