"Kamu keberatan ya Mit, mengobrol seperti ini ?" tanya Hardi, "Aku memang penasaran dengan isi buku itu karena belum sempat membacanya. Tapi kalau kamu merasa keberatan ..."
"Eh, nggak kok, nggak," sergah Mita buru-buru, tak tega melihat wajah kecewa Hardi.
"Ya sudah, beres kalau begitu," Hardi tersenyum.
Mita merasakan pipinya memerah.
"Eh, sudah sampai halte kamu nih," Hardi menyadarkan Mita dari lamunan sesaatnya, "Hati-hati ya Mit turunnya. Lihat kiri kanan dulu !"
"Oke Har," Mita melambai dan beranjak turun.
"Sampai ketemu !" Â seru Hardi.
***
Mita mengipas-ngipas dengan lembaran kertas fotokopi yang baru saja dibagikan siang tadi di kelas. Â Cuaca panas membuat tenggorokannya terasa kering. Hembusan AC yang seharusnya terasa dingin tak mampu melawan udara pengap akibat berdesaknya para penumpang. Sementara Hardi berdiri santai di sebelahnya, nampak tak terlalu terganggu dengan situasi di dalam bus.
"Kamu nggak apa-apa Har, setiap hari ngobrol sambil berdiri begini ?" tanya Mita, "Kalau kamu mau, kita cari saja tempat lain yang lebih nyaman untuk membahas isi buku ini."
"Nggak apa-apa kok, aku sudah biasa begini setiap hari," sahut Hardi tenang, "Eh iya, lalu bagaimana Ara dan Ody ? Â Sudah sampai mana mereka ?"