"Mita ? Â Teman apa ya ? Teman sekolah ? Â Teman kuliah ? Â Duh, maaf ya, Ibu agak kaget nih, soalnya sudah lama sekali tidak ada teman Hardi yang telepon kesini sejak dia meninggal dua puluh tahun yang lalu."
"Hah ? Â M ... meninggal ?"
"Iya. Memangnya ... Mita nggak dengar kabarnya waktu Hardi meninggal ?  Dia kecelakaan sepulang kuliah. Tertabrak motor yang ngebut saat turun dari bus yang biasa dia naiki setiap hari. Mungkin  dia sedang kecapekan karena sibuk mengurus sidang skripsinya, makanya jadi kurang hati-hati. Kasihan Hardi, semua cita-citanya kandas ditengah jalan ..."
Mita mengusap lembut permukaan halus nisan batu di hadapannya.
Aku senang sempat kenal dengan kamu, Har.
Aku senang bisa menceritakan isi buku milikmu yang belum sempat kamu baca itu.
Aku senang dapat meyakinkanmu untuk memberanikan diri melanjutkan perjalanan.
Dan aku senang kamu sekarang sudah tiba disana.
Karena manusia yang memiliki pengharapan yang sangat kuat untuk bisa bahagia, pasti akan menemukannya.
Negeri Di Ujung Pelangi, tempatnya semua orang berbahagia.
***