"Hati-hati ya Mit, lihat kiri kanan dulu sebelum turun," pesan Hardi.
"Iya," Mita mengangguk.
"Sampai ketemu !" Hardi melambai.
***
"Fiuh ... penuh sekali ya busnya hari ini," keluh Hardi setelah berhasil mencari jalan melalui celah-celah sempit diantara tubuh para penumpang bus untuk mendekat ke tempat Mita berdiri.Â
"Sudah tahu busnya penuh," Mita terkikik geli, "Kenapa kamu harus susah-susah pindah dari sana ke sini segala ?"
"Iya juga ya," Hardi tampak sedikit tersipu, "Emm ... itu, soalnya aku mau tanya tentang buku yang kemarin. Sudah baca sampai halaman berapa ?"
"Oh, iya, bagus lho. Aku bawa lagi kok nih bukunya, di dalam tas. Jadi, ceritanya itu  tentang petualangan dua orang sahabat penghuni rumah yatim piatu dalam rangka mencari sebuah negeri yang bernama Negeri Di Ujung Pelangi. Tempat dimana tidak ada kesedihan, kesusahan, penyesalan, dan hal-hal tidak mengenakkan lainnya. Anak perempuan yang bernama Ara sangat mempercayai keberadaan negeri itu, karena mendiang neneknya dulu selalu bercerita tentang tempat tersebut semenjak ia masih kecil. Sementara menurut anak laki-laki yang bernama Ody, dongeng yang didengar Ara dari neneknya itu hanyalah mitos. Hanya sebuah perumpamaan untuk manusia supaya selalu berpikir positif. Bukan berarti benar-benar ada sebuah negeri yang terletak di ujung pelangi. Dan akhirnya pada suatu hari ketika sesaat selepas hujan lebat mereka melihat sebuah bentangan pelangi nan indah yang selama beberapa jam tidak juga menghilang dari pandangan, sesuai dengan ciri-ciri pelangi istimewa yang bisa membawa manusia menuju ke negeri tersebut, mereka berdua sepakat untuk pergi diam-diam dari rumah yatim piatu. Berpetualang menyusuri pelangi."
"Wah, seru ya," Hardi terlihat antusias.
"Iya, seru. Kamu juga suka jenis cerita seperti ini ya ?"
"Suka."