tepi dermaga sore itu, biasa
lalu lalang pompong, boat dan ferry
suara-suara tak asing mengisi ruang kepala
sisakan selembar kenangan
dalam kaleng minuman yang mengapung
dermaga menderitkan nasib
di timpa pagutan lumut
kita candai buih-buih mencecah waktu
yang sia-sia
kini, berabad sudah,
dermaga kayu telentang di bangkai kapal
tersandar catatan dalan buku ombak
arus mengisahkan dari pantai ke pantai
tak jua lekat di ujung jemarimu berlumut pasir
menyusuri indah langit
menggenggam dendam kenangan panjang
karena se-bait perpisahan menandai jarak
atas segala perbedaan
ketika kita tanya kemanusiaan
jangan berucap yang tak bermuasal dari hati
jangan mengepak sayap basah air mata
di tubuh gigil itu sebilah pedang menghunus langit
:langit jiwaku
tepi dermaga sore itu,
suara riuh angin, gerai rambutmu mayang
sebelum penghentian tiba,
menciptakan beribu iba
melayarkan segenap lupa
yang tak kan pernah tercipta
Bandung, 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI