Mohon tunggu...
Yudi Zulfahri
Yudi Zulfahri Mohon Tunggu... Dosen - Direktur Eksekutif Jalin Perdamaian

Master Kajian Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pilkada DKI Jakarta, Penistaan Agama, dan Munculnya Politik Identitas

17 April 2018   20:42 Diperbarui: 17 April 2018   20:44 2471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dimensi budaya oleh Hofstede (2010), hal ini disebut dengan Uncertainty Avoidance (penghindaran ketidakpastian), yaitu sejauh mana anggota budaya merasa terancam oleh situasi yang tidak jelas atau tidak diketahui.

Hubungan Komunikasi dengan Budaya

Gaya komunikasi Ahok yang suka berbicara blak-blakan juga menjadi masalah tersendiri. Menurut Edward  T. Hall (1990), komunikasi dengan budaya memiliki hubungan yang sangat erat. Menurutnya, communication is culture and culture is communication (komunikasi adalah budaya, dan budaya adalah komunikasi). Hall (1990) terlebih  dahulu  membedakan  high  context culture (budaya  konteks  tinggi)  dengan  low  context  culture (budaya  konteks  rendah).  

Low  context  culture ditandai  dengan  komunikasi  konteks  rendah  seperti  pesan  verbal  dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas, dan berterus terang. Para penganut budaya ini mengatakan bahwa apa yang mereka maksudkan (the  say  what  they  mean) adalah  apa  yang  mereka  katakan  (they  mean  what  they say).

Secara umum, pola komunikasi low context memiliki pola pendekatan logika linear, gaya interaksi verbal yang lugas, menyampaikan maksud dengan terang-terangan, dan sender-oriented. Sender-oriented berarti bahwa si pembawa pesan (sender) harus secara gamblang menyatakan maksud dan tujuannya kepada si penerima pesan (receiver), sehingga gaya bahasa karakter low-context cenderung terlihat vulgar (Ting-Toomey, 1998).  

Dalam hal ini Ahok masuk kedalam kategori individu yang memiliki karakter low-context. Ketika Ahok menyinggung surat Al-Maidah ayat 51 di kepulauan seribu, sebenarnya hal itu ia lakukan karena adanya trauma historis. 

Trauma historis adalah luka batin atau rasa tersakiti yang terbentuk lewat perjalanan sejarah (Puspitasari, 2017). Ahok sebelumnya pernah kalah dalam Pemilihan Gubernur Bangka Belitung karena lawan politiknya menggunakan surat Al-Maidah ayat 51 untuk menjegalnya.

Hal ini terungkap dalam sidang Ahok dalam kasus dugaan penistaan agama ketika saksi dari PNS Pemprov Bangka Belitung, Juhri, mengungkapkan bahwa Ahok kalah di Pilkada Bangka Belitung karena saat Pilkada Bangka Belitung marak selebaran yang mengajak pemilih muslim untuk memilih pemimpin muslim (sindonews.com, 2017).

Saksi Psikolog yang dihadirkan oleh penasehat hukum Ahok, Dr. Risa Permana Deli, mengatakan Ahok menyinggung Al-Maidah 51 karena peristiwa masa lalu, yaitu saat kalah dalam Pilkada Bangka Belitung tahun 2007. 

Menurut Risa, tindakan merupakan sebuah proses mental yang komplek. Tindakan tersebut terhubung dengan pengalaman sebelumnya. Ahok, lanjut Risa, saat menyinggung Al-Maidah 51 sedang mengeluarkan kembali sesuatu yang tidak mengenakkan saat gagal di Pilgub Bangka Belitung (kiblat.net, 2017).

Ahok sendiri sebenarnya sudah pernah menjelaskan masalah ini didalam bukunya yang berjudul "Merubah Indonesia". Didalam bukunya tersebut Ahok menjelaskan bahwa selama karir politiknya ada sebuah ayat didalam Al-Quran yang begitu dia kenal digunakan dengan tujuan untuk memuluskan jalan meraih puncak kekuasaan. Ayat tersebut adalah surat Al Maidah ayat 51. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun