Mohon tunggu...
Yudistira Putra
Yudistira Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa dengan minat tinggi dalam hal filsafat, musik, dunia medis, dan segala macam paradigma sosial-budaya yang menggatalkan telapak kaki peradaban kita.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Agus Salim: Dedengkot Diplomasi Indonesia

21 Oktober 2024   13:44 Diperbarui: 21 Oktober 2024   14:09 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

H.O.S Tjokroaminoto pada saat itu menjabat sebagai seorang perwakilan di Volksraad pada tahun 1917. Akan tetapi, atas dasar kekecewaan dan ketidakbergunaan dari Volksraad menurut Beliau, ia keluar dari organisasi tersebut dan digantikan oleh Agus Salim.


Lucunya, Agus Salim juga merasakan kekecewaan yang sama ketika menggantikan H.O.S Tjokroaminoto mulai 1921-1924 sebagai wakil rakyat sehingga ia memutuskan untuk keluar dan berfokus kepada Sarekat Islam saja. Namun, saat menjabat dalam Volksraad, ia melakukan beberapa gebrakan yang memberontak terhadap pemerintahan Belanda.

Meskipun awalnya ditugaskan sebagai mata-mata, beliau terpikat dengan idebersama dengan H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis pada tahun 1915. Sebagai anggota Sarekat Islam, Beliau sangat disegani dan seringkali dianggap sebagai tangan kanan dari H.O.S Tjokroaminoto.

Namun, 1923 menandai awal perpecahan dari Sarekat Islam. Pergerakan yang dipimpin oleh Semaun dan rekan-rekannya, seperti Alimin dan Darsono, tergiur kepada janji sosialisme dan menginginkan penyondongan SI ke arah kiri. Agus Salim dan Tjokroaminoto menolak sentimen ini sehingga SI mengalami skisme menjadi dua organisasi dengan proyeksi yang berbeda. Sarekat Islam Merah dengan Semaun sebagai ketuanya dan Sarekat Islam Putih yang diketuai oleh Tjokroaminoto.

Tahun 1930, Beliau mulai memperoleh ketenaran internasional setelah melakukan pidato yang karismatik di Jenewa, Swiss, sebagai pembicara di Konferensi Perubahan Internasional. 

Menjelang kemerdekaan, Agus Salim turut serta dalam membentuk Piagam Jakarta yang nantinya menjadi cikal bakal dari UUD 1945 pada 22 Juni 1945. Selain itu, meskipun dia adalah seorang muslim yang sangat taat dan berilmu, Agus Salim juga termasuk dalam salah satu tokoh utama dalam memperdebatkan butir utama prototipe Pancasila, "ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya." Ia menjunjung tinggi kesetaraan dan kebebasan beragama.

DIPLOMASI

Setelah proklamasi kemerdekaan, Agus Salim turut hadir pula sebagai perwakilan Indonesia dalam Konferensi Antar Asia di Delhi pada Maret 1947. Ia hadir di sana sebagai seorang diplomat, mencari pengakuan kemerdekaan dari negara-negara Asia. 

Diplomasi pengakuan ini dilanjutkan dengan kedatangan Agus Salim ke wilayah-wilayah di Asia, seperti Mesir, Siria, Yaman, Irak, Saudi Arabia, dan negara-negara Islam lainnya demi mencari pengakuan kemerdekaan Indonesia. Hasilnya, negara Mesir menjadi pengaku kemerdekaan Indonesia yang pertama, beserta dengan negara-negara Arab lainnya.

Selain menjadi duta keliling dan diplomat KAA, Haji Agus Salim bersama dengan Sutan Syahrir juga sangat berperan dalam pembentukan Komisi Tiga Negara oleh PBB demi menyelesaikan persengketaan dan konflik Indo-Belanda yang dilatarbelakangi oleh agresi militer I belanda. Rapat dengan dewan keamanan PBB ini adalah kali pertamanya Indonesia diwakilkan di forum tingkat dunia, dan duo tersebut berhasil meyakinkan dewan keamanan PBB untuk membentuk KTN yang terdiri atas Belgia (dengan Paul van Zeeland sebagai perwakilan Belanda), Australia (dengan Richard C. Kirby sebagai perwakilan Indonesia), dan Amerika Serikat (dengan Dr. Frank B. Graham sebagai perwakilan Indonesia dan Belanda [netral]) ini turut serta berperan dalam memerdekakan Indonesia dan memperkuat pernyataan kemerdekaan Indonesia di mata dunia.

PASCAKEMERDEKAAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun