Pengendalian dengan musuh alami hanya bisa dilakukan pada penanaman di rumah kasa. Dengan adanya musuh alami yang mampu menekan populasi hama penyakit, diharapkan akan terjadi keseimbangan antara populasi hama penyakit dengan musuh alaminya dalam agroekosistem. Dengan demikian populasi hama penyakit tidak sampai melampaui ambang toleransi yang dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi. Sayangnya hingga saat ini musuh alami (predator) yang digunakan dalam penanggulangan hama penyakit masih impor dari negara lain (Belanda) dengan persyaratan keimigrasian yang ketat, sehingga biaya produksinya menjadi tinggi.
c. Pengamatan Rutin
Agroekosistem bersifat dinamis, karena banyak faktor di dalamnya yang saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu agar bisa mengikuti perkembangan populasi hama penyakit dan mengetahui perkembangan kondisi tanaman, maka harus dilakukan pengamatan rutin.
Kegiatan pengamatan rutin tersebut harus tercatat, berdasarkan: 1) jumlah tanaman contoh, 2) letak tanaman contoh, dan 3) variabel pengamatan. Dari data dan informasi yang tercatat akan digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan.
Jumlah tanaman contoh yang diamati menurut pengalaman adalah sebanyak 10-20 tanaman per luasan 1.000 m². Letak tanaman contoh yang diamati sebaiknya diambil secara acak, baik secara diagonal (dari pojok ke pojok) maupun secara sistematis (dari lajur panjang atau lajur lebar). Sedangkan variabel pengamatan meliputi:
Persentase intensitas serangan hama thrips, aphids, kutu daun, dan tungau per tanaman contoh. Nilai ambang pengendaliannya sebagai berikut:
Thrips:
Fase Vegetatif (0-5 minggu): 2,7 ekor per daun.
Fase Berbunga (6-11 minggu): 0,3 ekor per daun, dan 0,8 ekor per bunga.
Fase Berbuah (≥ 11 minggu): 0,3 ekor per daun.
Aphids dan kutu daun:Â