Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tunku Abdul Rahman Hanya Ingin Sarawak Tidak Singapura

17 Oktober 2022   05:03 Diperbarui: 17 Oktober 2022   06:39 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inggris tidak menyerahkan Malaysia kepada Raja tapi kepada Perdana Menteri Pertama Malaysia Tunku Abdul Rahman Putra Alhaj. (Straits Times)

“Tunku, kamu anti komunis dan saya komunis. Di antara kita berdua, tidak akan pernah bisa bekerja sama. Kita tidak akan pernah bisa hidup berdampingan,” kata Chin Peng pemimpin komunis Malaysia.

Tunku selalu menyatakan bahwa sikapnya  adalah anti-Komunis.

“Posisi saya cukup jelas, saya bukan komunis. Saya seorang anti-komunis karena komunisme bertentangan dengan agama  dan pendapat saya."

Saya  ingin memiliki negara demokrasi, komunis tidak akan pernah ada demokrasi.” kata Tunku.

Salah satu kegagalan Tunku adalah
mengajak Brunei bergabung dengan Malaysia.

Sultan Omar dari Brunei, yang bernegosiasi dengan Tunku Abdul Rahman tidak saling memahami.

Tunku  dan Sultan sebenarnya adalah teman dekat,  Sultan Brunei adalah orang pertama yang mendukung pembentukan Malaysia. Namun ingin berdiri sendiri.

Tunku lebih menginginkan Serawak daripada Singapura. Jadi setelah merasa kuat di Sabah dan Sarawak Tunku mendepak (mengeluarkan ) Singapura dari Federasi.

Hal yang membuat Lee Kuan Yew sedih.  Lee menyadari Singapura tidak memiliki apa apa. Tidak punya sumber daya alam dan rawan gesekan serta kumuh ketika itu.

Lee akhirnya bertekad mengubah itu. Di kemudian hari Singapura mengalahkan Kuala Lumpur dalam segala hal. Itu yang kemudian tidak diketahui Tunku. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun