Tunku mengakui suka minum dan berjudi, tetapi juga menganggap dirinya seorang Muslim yang baik.
Saya menikmati dansa, minum dan berjudi. Saya tidak bisa mengubah kebiasaan saya meski di usia 67 tahun, kata Tunku seperti yang ditulis dalam buku tersebut.
Kelompok-kelompok tertentu ingin Tunku jangan“terlalu lunak” terhadap orang-orang non-Melayu,
agar mereka tidak berpengaruh diatas ekonomi dan politik di Malaysia.
Namun Tunku menganggap perlu bagi orang non-Melayu untuk memiliki tempat di Federasi Malaya.
"Jika kita menginginkan kemerdekaan dari Inggris, hanya ada dua, melalui negosiasi atau melalui perang," kata Tunku.
"Saya tidak ingin melihat pertumpahan darah seperti yang terjadi di India dan Pakistan.” kata Tunku Abdul Rahman pula.
Inggris memberikan kemerdekaan mereka harus diyakinkan bahwa investasi Inggris di Malaya akan tetap aman . Begitu juga tenaga kerja terampil mereka waktu itu yaitu Cina dan India. Inggris agak mengistimewakan ethnis tersebut.
Dalam federasi Malaysia, Tunku tidak pernah menginginkan Singapura sejak awal. Singapura rawan pertikaian ethnis. Salah satunya peristiwa Natrah gadis Belanda Bandung yang di adopsi melayu sejak bayi.
“Sebenarnya saya hanya ingin Sarawak dan Kalimantan Utara [Sabah] Tapi Inggris membuat syarat bahwa jika saya ingin Sarawak dan Kalimantan Utara, saya harus memiliki Singapura,” kata Tunku Abdul Rahman.
Mendapatkan Sabah dan Sarawak begitu penting bagi Tunku karena
dia waktu itu berpendapat Singapura berisiko jatuh ke Komunisme. Jika itu terjadi bisa menyebar ke Kalimantan atau Sarawak dan Sabah.
Indonesia sudah berada di bawah pengaruh komunis. Jadi keamanan Malaya akan sangat terancam.
Saya harus mengantisipasi apa yang mungkin terjadi.” ujar Tunku Abdul Rahman dalam buku Conversations with Tunku Abdul Rahman yang ditulis Sultan Nazrin.
Tunku mengutip kata-kata yang dikatakan Chin Peng di akhir Perundingan Damai Baling yang gagal.