Apa yang terjadi di Iran cukup luarbiasa, ditengah tengah kekuasaan  pemerintah Iran yang kuat dan represif terjadi unjuk rasa yang didominasi wanita.Â
Para pengunjuk  tanpa memperhatikan keselamatan mereka melawan kekerasan .
Setidak tidaknya lima puluh orang sudah tewas dalam demonstrasi yang pecah setelah kematian Mahsa Amini.
Itu terjadi sejak Jumat 23/9,gerakan protes dimulai  setelah pengumuman kematian Mahsa Amini.
Dia adalah  seorang wanita muda yang ditangkap beberapa hari sebelumnya oleh polisi moral Iran.
 Pihak berwenang Iran melaporkan sejak Jumat 35 tewas, beberapa LSM bahkan memastikan bahwa bentrokan menyebabkan kematian sedikitnya adalah 50 orang.
Beberapa ribu orang berbaris di jalan-jalan beberapa kota Iran setelah kematian Mahsa Amini, seorang wanita muda Iran yang ditangkap oleh polisi moralÂ
Ia ditangkap pada 13 September karena mengenakan Hijab dan pakaian yang tidak sesuai ketentuan.Â
Kini para pengunjuk rasa perempuan Buka Jilbab di Tengah Demonstrasi.
Unit polisi moral yang bertugas menegakkan aturan berpakaian salah satu larangan berpakaian yang ketat dan tidak sesuai di Republik Islam Iran.
Ketentuan bagi wanita  harus menutupi rambut mereka. dan tidak diperbolehkan memakai jas pendek di atas lutut, celana jeans berlubang atau celana ketat.
Mahsa Amini  meninggal tiga hari kemudian pada 16 September, di rumah sakit  karena cedera.
Gelombang protes  telah menyebar ke berbagai kota dan lanjut bakar bakaran yang rusuh.Â
Aktivis mengatakan Mahsa Amini menerima pukulan fatal di kepala selama penangkapannya.Â
Namun Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi membantah polisi bertanggung jawab atas hal itu.
Menurutnya, pemerintah Iran sedang menyelidiki "penyebab kematian Mahsa Amini dan masih harus menunggu pendapat akhir dari pemeriksa medis, yang membutuhkan waktu ," katanya kepada televisi pemerintah.
Apa arti dari unjuk rasa itu, Â adalah gerakan pembebasan yang terbelenggu dimana demonstrasi saling mengikuti dan menentang.
Apakah para wanita Iran ingin melepas hijab, tentu tidak meski dalam demo mereka secara demonstratif melepasnya. Para wanita hanya ingin  sedikit kebebasan cara berpakaian tidak mesti kaku.Â
Unjuk rasa tandingan  dari pro pemerintah hari Jumat, demonstrasi balasan meletus di Teheran sebagai tanggapan atas seruan dari Dewan Koordinasi Pembangunan Islam.Â
Para pendukung cara berpakaian  atau pendukung cadar meneriakkan "matilah para konspirator" para pendemo pro hijab menuduh pendemo itu di intervensi Amerika.
 Iran  menangani secara tegas protes yang meletus di negara itu setelah kematian Mahsa Amini dengan  keras.
Menurut televisi pemerintah, sebagian besar dari 31 provinsi di negara itu sampai saat ini telah terjadi unjuk rasaÂ
Kemarahan belum mereda sejak kematian Mahsa Amini yang koma dan meninggal saat ditahan bersama perempuan lain oleh polisi moral.
Perempuan telah berperan dalam protes, melambaikan dan membakar cadar mereka.
Beberapa memotong rambut  di depan umum dan pengunjuk rasa yang marah menyerukan kejatuhan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Menurut LSM Amnesty International, para demonstran menghadapi "spiral mematikan dari pasukan keamanan" atau dalam bahaya.
LSM Â menyerukan penyelidikan independen oleh PBB.Â
Melihat unjuk rasa dan yang tewas para wanita,  wanita juga bisa marah dan  beringas dan seharusnya pemerintab lebih toleran  menghadapi demo.
Wanita Iran tidak bisa dipandang remeh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H