Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ben dan Kisah Besarnya (13)

5 Agustus 2022   12:06 Diperbarui: 5 Agustus 2022   12:16 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah cerita nyata yang dinarasikan berbentuk novel semi biografi. 13

Sekarang Ben pergi berlayar.
Ia menatap kota Boston dari kapal dan menitikan air mata.


"Selamat tinggal ayah, selamat tinggal ibu."
Ia ingat ibunya yang pasti akan  merasa kehilangan.

Tapi Ben sudah bertekad meninggalkan kota kelahirannya.
"Selamat tinggal Boston." Ben kembali ke dek kapal dengan mata sembab.

 Ben Franklin tidak pernah atau mungkin  jarang  makan ikan. Ia melihat hari itu ikan dipotong dan dimasak. 


"Kita tidak bisa memakan makhluk hidup, itu kejam." Kata Ben.
Nelayan di kapal  itu tercengang.

Ia menatap protes anak muda itu dengan heran.


"Ikan memang untuk dimakan, banyak khasiatnya ditubuh." ujar nelayan.
"Tapi seseorang dapat hidup dengan makan makanan nabati, jangan makhluk hidup," bantah Ben Franklin.

Teman teman pelaut  belum pernah mendengar hal seperti itu.

"Apakah kamu tak pernah makan ikan?" Tanya pelaut. 

"Mungkin tidak, " jawab Ben Franklin. 

"Tidak belajar di sekolah?"

Kembali Ben menggelengkan kepala Karena ia cuma sampai kelas 2. 

Tapi melihat ikan yang berenang dilaut dengan gembira dan dikolam membuat ia cinta kepada hewan itu. Tak tega ia melihat dipotong dan akan dimakan. 

"Kamu salah," kata pelaut dengan wajah berkerut. 


"Jika kita tidak membunuh hewan," kata lawan bicara Ben Franklin, "Mereka akan berkembang biak begitu banyak sehingga mereka akan mulai mengganggu manusia," kata pelaut.


“Seorang pekerja tidak bisa hidup tanpa daging, atau ikan anak muda,” tambah yang lain.


"Kita akan sehat anak muda," ujar satu orang itu lagi dengan tertawa.

Akhirnya, sebuah keberatan diajukan kepada Franklin yang paling membuatnya terkesan kini tidak berhasil. 


Si juru masak, yang sibuk dengan hasil tangkapan, memanggil Ben Franklin  dan menunjukkan kepadanya ikan yang baru saja ditangkap.

Di perut si besar ini,  ia menemukan seekor ikan kecil. 

“Mengapa kita harus kelaparan dan membiarkan makhluk-makhluk yang saling memakan ini? " Kata si juru masak.
"Jika kita tidak membunuh ikan ini hari ini, dia akan makan selusin ikan kecil besok."


"Jadi tidak kejam, karena ikan juga saling bunuh?" Tanya Ben Franklin. 

"Kamu pikirkan sendiri," jawab pelaut sedikit jengkel.


Itu  adalah alasan yang diterima akal Ben Franklin.
Lalu kenapa ayahnya jarang makan ikan? Ben menemukan jawaban. Karena mereka keluarga besar, ikan mungkin mahal dan keluarga itu harus berhemat.

Sementara itu, persiapan untuk makan malam telah selesai, dan aroma menyenangkan dari ikan bakar segar menyebar ke seluruh kapal.

Tawaran para pelaut untuk mengambil bagian dalam makan malam bersama ikan diterimanya.
"Terima kasih, makan malam yang enak," ujar Ben.

Itulah akhir dari vegetarismenya.
Ben Franklin sejak kecil terbiasa dengan makanan sederhana dan sehat, hingga moderasi dalam makanan.

Tapi dia mempertahankan kebiasaan vegetariannya meski tidak lagi ketat. Selama sisa hidupnya. Ben Franklin lebih suka makanan nabati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun