Pertemuan para Menlu G20 di Bali, menarik untuk dilihat. Memang pertemuan telah selesai tapi pernak pernik atau masalahnya terlihat jelas.
Pertemuan para menteri luar negeri G20 di Bali tanggal 07 dan 08 Juli 2022 lalu terlihat sulit cairnya komunikasi para menlu Barat dengan Rusia.
Pertemuan itu bisa jadi tidak ramah bagi Menlu Rusia Sergey Larov. Ia menjadi sorot perhatian
Tapi perlu digaris bawahi, Putin telah menghormati Indonesia dan ikut berpartisipasi dengan mengirim Menlunya.
Hotel Nusa Dua Bali jadi saksi, bagaimana Indonesia akan mencoba mengukir Sejarah untuk kesuksesan G20 di bulan Nopember nanti.
Indonesia telah mencoba mencairkan hubungan rival Barat dengan Rusia dan China paling tidak ditingkat Menlu.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Bali Kamis (7 Juli)
Mereka digambarkan mengadakan pertemuan membahas masalah global perang Ukraina. Tentu saja Wang Yi mendukung Rusia.
Beijing adalah sahabat yang kuat dan menjunjung tinggi hubungan negaranya dengan Rusia. China sekali lagi nyatakan keprihatinannya atas sikap Barat yang berusaha untuk mengisolasi Rusia.
Lavrov menjelaskan"tentang pelaksanaan misi utama operasi militer khusus" di Ukraina
Ia mengulangi retorika Moskow bahwa tujuannya adalah untuk "mendenazifikasi" negara itu.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga tiba di Bali Kamis malam juga .
Menlu AS tidak berbicara dengan Menlu Rusia.
Ia juga mengadakan pembicaraan bilateral dengan Wang Yi Menlu China pada Sabtu.
Dalam agenda Menlu AS menghindari pertemuan langsung dengan mitranya dari Rusia .
Pertemuan kedua antara kedua Menlu terakhir pada Januari di Jenewa, Swedia. AS telah memperingatkan Rusia agar tidak invasi ke Ukraina. Peringatan yang tidak diacuhkan Rusia.
Kini AS dan sekutunya akan menggunakan pertemuan itu - untuk melobi negara lain untuk menarik dukungan ke Moskow.
Anthony Blinken diperkirakan di Bali akan mengulangi peringatan ke Beijing tentang dukungannya untuk Rusia pada pembicaraan hari Sabtu dengan Wang Yi Menlu China.
Kejadian lain, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss menarik diri dari pertemuan pada menit terakhir, digantikan pejabat senior Inggris.
Kejadiannya setelah Perdana Menteri Boris Johnson mengundurkan diri sebagai pemimpin partai Konservatif pada hari Kamis dan ia kembali ke Inggris.
Dalam pertemuan, beberapa anggota G-20 “ terus menyatakan kecaman” atas invasi Rusia ke Ukraina.
Kecaman itu membuat gerah Menlu Rusia Sergey Larov. Dia memilih "walk out" dari beberapa sesi dalam pertemuan di Bali
Pernyataan Barat tentang keprihatinannya dengan “dampak global . Terhadap pangan, energi, dan keuangan” dunia.
“Adalah tanggung jawab kita untuk mengakhiri perang secepat mungkin." Ujar para diplomat Barat.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina militernya telah memblokir semua pelabuhan Laut Hitam .
Akibatnya Ukraina tidak biasa mengekspor komoditasnya. Pada hal itu sangat dibutuhkan dunia.
Ukraina sebagai pengekspor biji-bijian terbesar didunia.
Sergey Larov juga harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan sulit dari wartawan.
"Kapan Rusia akan menghentikan perang?" tanya seorang wartawan Jerman mencecar Sergey Larov. dengan teriakan.
Sergey
Lavrov tidak menanggapi dan hanya berjalan pergi.
Pada pertemuan para menteri, Lavrov memilih duduk di antara perwakilan dari Arab Saudi dan Meksiko.
Sergey Larov mengatakan bahwa Barat mencegah solusi damai untuk konflik di Ukraina dengan menolak untuk berbicara dengan Rusia.
“Jika Barat tidak ingin pembicaraan maka mungkin, tidak ada yang perlu dibicarakan dengan Barat,” kata Larov menurut TASS kita kutip dari kantor berita Rusia.
Ditanya apakah ada kemungkinan dia dan Menlu Amerika Anthony Blinken bisa berbicara?
,“Bukan kami yang mengabaikan semua pembicaraan, tapi Amerika Serikat," kata Menlu Rusia.
Di Bali, Menlu Rusia Lavrov dan Menlu Jerman Annalena Baerbock mengkritik Lavrov karena walk.out dari ruang pertemuan.
Menlu Jerman mengkritik bahwa Lavrov tidak hadir pada diskusi tentang bagaimana meningkatkan masalah pasokan dan distribusi pangan global.
Dikesempatan lain, Lavrov juga balas mengkritik dan mempertanyakan perilaku Barat
Diplomat G7 telah melewatkan (tidak hadir) jamuan makan malam yang diselenggarakan oleh Indonesia pada hari Kamis karena dia ada disana.
“Inikah cara mereka memahami protokol, kesopanan, dan kode etik,” tambahnya.
Retno Marsudi Menlu Indonesia berbicara tentang makan malam yang diboikot.
“Kami berusaha menciptakan situasi yang nyaman, ketika negara-negara G7 mengatakan tidak bisa menghadiri resepsi saya bisa memahami situasinya ”kata Retno.
Indonesia telah mencoba untuk menengahi Rusia dan Barat.
Diakui misi Indonesia untuk membujuk Moskow untuk gencatan senjata tidak segera terwujud.
Tapi Presiden Rusia Vladimir Putin telah berjanji akan mengamankan jalur laut yang aman untuk gandum dan pupuk dari lumbung dunia Rusia dan Ukraina. Itu maksud baik Rusia untuk mencegah krisis pangan global. Salah satu keberhasilan Jokowi bertemu Putin.
Terakhir para Menlu Barat menolak untuk berfoto bersama. Tidak ada foto bersama antara Menteri Luar Negeri G20 di Bali karena mereka tidak mau adanya Menlu Rusia Sergey Larov.
Bagi Indonesia saat ini adalah tepat memiliki tema G20.
Saatnya Mengukir Sejarah sebagai Pemegang Presidensi G20 2022. "Recover Together, Recover Stronger"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H