Hal tersebut  dapat mengobarkan dan memprovokasi masyarakat Hindu membenci muslim.
Keputusan ini menjadi jelas, beberapa tokoh partai dan pejabat India malah menganjurkan masyarakat menonton film tersebut dan membebaskan pajak.
Ia juga meminta instansi pemerintah dan swasta mengizinkan karyawan menonton. Protes timbul ketika sentimen anti Islam terjadi dan pemerintah membiarkan saja kata kata yang mendiskreditkan Islam.
Pemerintah "Modi" lupa bahwa tentaranya telah meredam Kashmir yang menimbulkan protest. Kashmir yang Berdarah karena kekejaman tentara India.
Mungkin Modi merasa, ada pembenaran ketika tentaranya banyak menghabisi militan muslim di Kashmir yang berjuang untuk kemerdekaan dan ia justru melakukan pencabutan pasal 370 Kashmir.
Film ini banyak menggambarkan pemberontakan Kashmir  dengan beberapa aksi kejam peristiwa tahun 1980 an dan Kashmir awal 1990-an.
Film ini juga mengangkat momen kelam seperti tewasnya 4 perwira Angkatan Udara India oleh anggota Front Pembebasan Jammu Kashmir (JKLF).
Menjadi sukses dengan menembus Rp 376 miliar dalam 2 pekan, seperti yang dilansir Keeping Times dari berbagai sumber, Kamis (24/3).
Awal film ini biasa saja , Â kemudian menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa ketika masyarakat dianjurkan menonton.
Â
Kecaman datang dari mantan kepala menteri Jammu dan Kashmir, Omar Abdullah menyebut ‘The Kashmir Files’ revisionisme sejarah kebohongan.
Banyak aktor Bollywood lainnya juga memposting di media sosial untuk mendukung film tersebut. Mereka termasuk Akshay Kumar dan Kangana Ranaut.
Film yang direlease 11  Maret 2022 berdurasi lebih dari dua jam  ini selayaknya tidak diizinkan beredar di Indonesia. Akan ada dan banyak kontroversi yang akan terjadi.